Efek Negosiasi AS-Tiongkok, Permintaan Sawit Tahun Ini Bakal Turun

Image title
Oleh Ekarina
4 Maret 2019, 13:00
Buah Sawit
ANTARA FOTO/Akbar Tado
Pekerja memperlihatkan biji buah sawit di salah satu perkebunan sawit di Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi barat, Sabtu (25/3). Menurut pedagang pengepul di daerah tersebut, harga sawit mengalami penurunan dari harga Rp1.400 menjadi Rp1.000 per kilogram akibat kualitas buah tidak terlalu bagus.

Pedagang lain yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia mengungkapkan pembeli di Eropa telah mengurangi pesanan besar minyak kelapa sawit jangka panjang karena dan mendorong penggunaan minyak nabati karena terkait dengan isu deforestasi.

"Negara-negara Eropa dapat memberlakukan lebih banyak pembatasan pada minyak sawit. Importir tidak mau mengambil risiko," ujarnya dikutip dari Reuters. 

Kondisi itu sudah mulai tampak sejak tahun lalu, di mana negara-negara Eropa  membeli lebih banyak kedelai dari biasanya di tengah-tengah kebuntuan perdagangan Amerika Serikat dan Tiongkok. Selain itu peningkatan produksi soyoil lokal dapat mengurangi kebutuhan impor minyak nabati secara keseluruhan.

Perang dagang juga menyebabkan ketidakpastian atas permintaan kelapa sawit Tiongkok. Setiap resolusi dengan Amerika Serikat dapat membuat  Tiongkok membeli lebih banyak kedelai AS dan membutuhkan lebih sedikit impor minyak.

Ekspor minyak sawit dari Malaysia, ke Uni Eropa turun menjadi 264.005 ton pada Februari dari 405.867 ton sebulan lalu, menurut surveyor kargo Societe Generale de Surveillance (SGS).

Pembelian minyak sawit Tiongkok dari Malaysia turun menjadi 98.635 ton bulan lalu dari 264.722 ton pada Januari.

"Kami tidak tahu bagaimana perang dagang ini akan berubah. Untuk Tiongkok, itu masih tanda tanya," kata Ivy Ng,  Regional Head of Plantations Research CIMB Investment Bank.  

Permintaan kelapa sawit di Pakistan, Turki dan Mesir diperkirakan akan meningkat menjelang  Ramadhan, meskipun kemungkinan akan tetap dalam tren musiman sehingga tidak menciptakan lebih banyak pertumbuhan permintaan.

(Baca: Pemerintah Kaji Harga Referensi CPO untuk Pungutan Ekspor)

Pedagang juga mengatakan bahwa pasar yang dilanda depresiasi mata uang tahun lalu memiliki daya beli yang lebih baik sekarang karena manajemen mata uang yang lebih baik dan harga kelapa sawit yang lebih rendah dibandingkan 2018.

"Harga kelapa sawit sekarang cukup murah dibandingkan dengan tahun lalu, yang meningkatkan daya beli untuk Pakistan," kata seorang pedagang minyak biji yang berbasis di Pakistan.

Namun menurutnya, ini adalah permintaan musiman yang biasa terjadi setiap tahun. Sehingga sejatinya tidak ada permintaan tambahan.

Bahkan dengan pembelian menjelang Ramadhan, permintaan kelapa sawit dunia secara keseluruhan kemungkinan turun dibanding rekor tahun lalu sebesar  73,4 juta ton mengingat potensi minat impor dari India, Eropa dan Tiongkok.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...