Surplus Dagang November 2016 Mengecil Akibat Impor Ponsel

Miftah Ardhian
15 Desember 2016, 17:55
Pelabuhan ekspor
Katadata

Namun, secara kumulatif, nilai ekspor Januari-November 2016 tercatat US$ 130,65 miliar atau turun 5,63 persen dibanding periode sama tahun 2015. Sedangkan, khusus ekspor nonmigas di periode tersebut baru mencapai US$ 118,80 miliar atau turun 1,96 persen.

BPS mencatat, ekspor komoditas yang naik paling tinggi pada November lalu adalah lemak dan minyak hewan nabati sebesar US$ 366,1 juta atau 20,37 persen. Komoditas yang menyumbang kenaikan tertinggi yaitu Crude Palm Oil (CPO) baik ekspor minyak sawit atau minyak goreng. Kemudian, Bahan Bakar Mineral juga mengalami kenaikan menjadi US$ 101,6 juta yang didominasi Batubara. Lalu, perhiasan dan permata yang naik menjadi US$ 87,3 juta.

"Kenaikan CPO terutama didorong oleh kenaikan volume, padahal harga sedikit turun," kata Sasmito. Sedangkan batubara mengalami kenaikan volume dan harga, perhiasan dan permata juga hanya mengalami kenaikan volume ekspor. (Baca juga: Skenario Dagang Indonesia – Amerika Serikat: Dengan Trump, Tanpa TPP)

Bila dilihat dari daerah tujuan ekspor, ekspor nonmigas terbesar ke Cina yaitu sebesar US$ 1,81 miliar. Kemudian, disusul Amerika Serikat US$ 1,33 miliar, Jepang sebesar US$ 1,30 miliar, dan Uni Eropa (28 negara) sebesar US$ 1,34.

Sedangkan secara kumulatif pada Januari-November 2016, ekspor masih didominasi Amerika Serikat dengan total US$ 130,65 miliar. Namun, angka ini turun 5,63 persen jika dibandingkan periode sama tahun 2015 yang sebesar US$ 138,45 miliar.

Dengan perkembangan perdagangan internasional pada November lalu, neraca dagang sepanjang periode Januari-November 2016 tercatat surplus US$ 7,79 miliar. Meski begitu, Sasmito menilai, tren positif neraca perdagangan harus disikapi secara hati-hati oleh pemerintah. Alasannya, pemangkasan produksi minyak yang dilakukan negara-negara OPEC akan menekan surplus tersebut, sebab impor migas yang masih cukup tinggi.

(Baca juga: Efek Trump, Pengusaha Minta Pemerintah Ubah Strategi Dagang)

Sebagai kompensasinya, Sasmito menyarankan agar pemerintah menggenjot surplus di sektor nonmigas. "Komoditas yang bisa gantikan, selain tradisional seperti CPO, batubara, karet, lada, cokelat, dan produk-produk manufaktur juga harus didorong. Karena produk manufaktur kita alami perbaikan yang lumayan," ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...