Tren Peningkatan Ekspor Bisa Terpukul Kebijakan Trump

Miftah Ardhian
16 November 2016, 13:47
Pelabuhan ekspor
Arief Kamaludin | Katadata

Sekadar informasi, BPS mencatat, neraca dagang pada Oktober lalu surplus US$ 1,21 miliar. Nilainya lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya. Penyebabnya, pertumbuhan impor lebih tinggi daripada ekspor secara bulanan. (Baca juga: Impor Mesin dan Ponsel Cina Naik, Surplus Dagang Oktober Susut)

Nilai impor pada Oktober mencapai US$ 11,47 miliar atau naik 1,55 persen dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan bila dibandingkan dengan Oktober 2015, naik 3,27 persen. Adapun ekspor pada Oktober lalu sebesar US$ 12,68 miliar atau cuma naik 0,88 persen dibanding bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan Oktober 2015, kenaikannya 4,6 persen.

Di sisi ekspor, Kepala BPS Suhariyanto merinci, nominal ekspor nonmigas sebesar US$ 11,65 miliar pada Oktober lalu atau naik 1,22 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun bila dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya, kenaikannya mencapai 8,43 persen. Secara keseluruhan, nilai ekspor sepanjang Januari-Oktober 2016 telah mencapai US$ 117,09 miliar.

"‎Kenaikan ekspor ini lumayan menjanjikan, karena sejak Agustus 2016, kinerja ekspor mulai naik," ujar Suhariyanto yang akrab disapa Kecuk itu.

Menurut Kecuk, terdapat beberapa jenis barang yang menjadi andalan utama ekspor Indonesia. Pada Oktober lalu, ekspor nonmigas terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati yaitu US$ 287,1 juta atau naik 19,02 persen dibanding bulan sebelumnya. Kemudian, bahan bakar mineral sebesar US$ 107 juta atau naik 8,43 persen, kapal laut sebesar US$ 72,5 juta atau naik 537,95 persen, besi dan baja sebesar US$ 53,5 atau naik 31,76 persen, serta alas kaki sebesar US$ 53,4 atau naik 15,65 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, kinerja ekspor juga disokong komoditas seperti minyak kelapa sawit (CPO), batu bara, kakao, karet, dan komoditas lainnya. Hal itu seiring dengan peningkatan harga komoditas tersebut dan kenaikan permintaan dari pasar global.

Sasmito menjelaskan, mendekati akhir tahun ini, negara-negara tujuan ekspor Indonesia memasuki musim dingin. Alhasil, kebutuhan akan energi terus meningkat. Selain komoditas energi, produk makanan pun juga mengalami peningkatan permintaan karena adanya situasi tersebut.

Ia pun memprediksi, pada November dan Desember 2016 ini, nilai ekspor bisa berada di atas US$ 12 miliar, dengan catatan permintaan global terus meningkat. Dengan demikian, total ekspor sampai dengan akhir tahun 2016 bisa mencapai US$ 140 miliar. "Lebih rendah dari 2015 yang mencapai lebih dari US$ 150 miliar. Karena untuk US$ 145 miliar saja kelihatannya susah," ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...