Pedagang Daging Sapi Mogok Jualan, Pemerintah Bakal Umumkan Harga Baru

Image title
20 Januari 2021, 20:41
harga daging sapi, pedagang sapi mogok,
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Los daging tampak kosong akibat aksi mogok pedagang di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (20/1/2021). Para pedagang daging sapi di sejumlah pasar di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menggelar aksi mogok jualan mulai Rabu hingga Jumat (22/1) sebagai bentuk protes kepada pemerintah atas tingginya harga daging sapi yang sudah berlangsung sejak akhir 2020. Saat ini harga daging sapi mencapai sekitar Rp130 ribu per kilogram.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Syamsul Ma’arif memastikan, saat ini stok sapi akan mencukupi. “Stok daging sapi dan kerbau, Insya Allah bulan ini aman,” ujarnya tanpa memerinci lebih jauh.

Solusi Jangka Panjang

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy menyebutkan, kenaikan harga sapi berpotensi merugikan pedagang karena daya beli yang belum pulih membuat konsumen mencari produk substitusi yang lebih murah.

"Hasilnya, pedagang sapi mengalami penurunan penjualan. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengecek stok produksi dalam negeri, dan melakukan operasi pasar untuk mengendalikan harga," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (20/1).

Yusuf mengingatkan agar kenaikan harga jangan sampai mengganggu alur distribusi. Karena itulah, pemerintah didorong untuk mengecek ketersediaan daging antar daerah, guna mencegah gangguan distribusi.

Daerah yang mempunyai surplus daging sapi, sambung Yusuf, dapat mengimpor sebagian produknya ke wilayah yang kekurangan. Tujuannya agar tidak ada ketimpangan sekaligus dapat memenuhi permintaan konsumen.

“Sedangkan jangka panjang, peningkatan produksi daging sapi perlu dipertimbangkan. Misalnya, pemerintah menunjuk BUMDES untuk pembibitan sapi potong,” kata dia.

Dihubungi terpisah, Econom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira menyatakan, pemerintah tidak boleh mengandalkan impor terus-menerus. Selain merugikan, impor dikhawatirkan memicu persoalan baru.

Dia menilai, kondisi saat ini merupakan kegagalan swasembada daging sapi. Sehingga, peternak sapi perlu didorong dengan pemberian insentif dan inovasi teknologi. “Kalau peternak sapi sudah didorong, produktivitasnya sejalan dengan konsumsi daging per kapita,” kata Bhima.

Bhima menyarankan, situasi saat ini turut melemahkan daya beli masyarakat, apalagi tekanan akibat Covid-19 belum usai. Sehingga, jika pedagang sapi mogok, cenderung berdampak pada masyarakat maupun pelaku usaha. “Jika pasokan daging Indonesia masih memerlukan impor, pakai cara lama, impor daging kerbau,” ujarnya.

Halaman:
Reporter: Annisa Rizky Fadila
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...