Industri Sawit Malaysia Berjuang Lawan Corona, Tikus dan Kurang Buruh

Cahya Puteri Abdi Rabbi
6 September 2021, 12:50
Malaysia, Covid-19, CPO, sawit
ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/rwa.
Pekerja mengumpulkan buah sawit di sebuah RAM Kelurahan Purnama Dumai, Riau, Jumat (21/5/2021). Harga TBS sawit di Riau periode 19-25 Mei 2021 naik Rp82,49 per kilo menjadi Rp2.646,15 per kilo dan diperkirakan periode berikut harga komoditas tersebut akan terus mengalami kenaikan dikarenakan kebutuhan konsumsi dalam negeri terhadap minyak kelapa sawit mentah (CPO) serta permintaan ekspor bertambah.
Seorang pekerja di perkebunan kelapa sawit membawa tandan buah sawit
Seorang pekerja di perkebunan kelapa sawit membawa tandan buah sawit (Malaysian Palm Oil Council (MPOC))




Pada tahun 2020,  Malaysia memproduksi sawit sebesar 19,14 juta ton dan mengekspor 17,37 juta ton. Jumlah itu hanya kala dibandingkan Indonesia yang memproduksi 51,63 juta ton dan mengekspor 34 juta ton pada tahun lalu.

Produksi sawit Malaysia pada 2020, turun 3,6% dibandingkan pada 2019. Pasokan minyak sawit Malaysia pada Desember 2020 bahkan hanya berada di level 1,26 juta ton, atau terendah sejak Juli 2007.

Turunnya produksi Malaysia itulah yang kemudian melambungkan harga sawit. Menurut data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti),  harga CPO pada awal tahun 2020 berada di level US$ 850/metric ton.  Namun, harga tersebut meonjak ke US$1.240/metric ton untuk pengiriman September tahun ini.

 Harga minyak sawit diprediksi masih akan tinggi mengingat produksi Malaysia belum akan pulih dalam waktu dekat.

Kasus Covid-19 di Malaysia masih menembus level 20 ribu per hari dan tingkat keterisian tempat tidur (BOR) di ICU mencapai 90%.  Dengan kondisi seperti itu, pemerintah Malaysia kemungkinan besar masih akan mengetatkan kebijakan terkait penanganan Covid, termasuk pembatasan tenaga kerja.

Kurangnya produksi sawit Malaysia tentu saja menguntungkan Indonesia sebagai produsen sawit terbesar di dunia. Selain kasus Covid-19 yang terus melandai, Indonesia juga tidak mengalami masalah dengan tenaga kerja.  Ekspor sawit Indonesia pun kemudian melonjak ke level US$ 16,59 miliar pada Januari-Juli, naik 56,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kendati demikian, baik di Indonesia dan Malaysia,  pandemi Covid-19 sama-sama berdampak kepada operasional di pabrik kelapa sawit.

“Penutupan pabrik kelapa sawit tepat di seluruh Malaysia (dan) Indonesia telah menjadi penghambat besar di sisi produksi,” kata Dorab Mistry,  Direktur Godrej International Ptd, dikutip dari Reuters, Senin (6/9).

Total produksi swait Indonesia dan Malaysia pada tahun ini  diperkirakan mencapai 66,2 juta ton, menurut Refinitiv Commodities Research yang diterbitkan pada 4 Agustus lalu. Jumlah tersebut hampir setara dibandingkan tahun lalu. Kendati demikian, ada resiko yang bisa menurunkan produksi, terutama yang datang dari sektor tenaga kerja.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Editor: Maesaroh
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...