Konsultan Dunia BCG Ungkap Kajian Minus Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Image title
Oleh Maesaroh
17 Oktober 2021, 12:44
kereta, kereta cepat, kereta cepat Jakarta Bandung
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.
Pekerja melakukan pemasangan rel untuk kereta cepat di depo Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (11/10/2021). PT KCIC mencatat, progres pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung per minggu keempat September 2021 sudah mencapai 79% ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.

"Sebenarnya asumsi itu kalau kita baca dengan teliti, (tanah) bukan ranahnya bisnis saja tetapi ada juga pemerintah untuk menyediakan,"tutur BCG. 

Selain persoalan dukungan pemerintah, kajian BCG juga terkait pengalaman dan teknologi kereta cepat yang dimiliki Jepang dan Cina. Namun, fokus kajian utama BCG lebih kepada persoalan kemampuan keuangan.

"Kami lihat jumlah kecelakaan, teknologi, berapa lama mereka sudah bermain, compatibility-nya. Itu kan semua faktanya bisa dicari. Namun yang menjadi penekanan dari kami itu financial stability," tuturnya.

BCG mengatakan dalam rapat yang dihadiri tujuh menteri, sebagian besar menyetujui rekomendasi dan analisa yang diberikan oleh BCG.

"Sebagian besar menyetujui konklusi BCG. Tidak ada yang menyanggah terkait analisa kami. Cuma dari rapat menjadi sebuah keputusan, itu di luar ranah kami,"tuturnya.

Dalam catatan Katadata.co.id, setelah menggelar rapat dengan konsultan, Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pada 2 September 2015 mengatakan ada empat faktor yang dinilai konsultan.

Keempat faktor tersebut adalah komitmen pemerintah dan risiko yang akan ditanggung pemerintah, teknologi dan semua kaitannya, dampak sosial ekonomi, dan rencana proyek secara keseluruhan.

"Memang kalau dilihat dari hasil assesment dari konsultan, kalau lebih ditekankan kepada trackrecord pengalaman, ditekankan kepada komitmen apa yang harus dipikul pemerintah, itu antara Jepang dan Cina ya memang berbeda," tutur Darmin.

Darmin menambahkan proposal Cina lebih unggul pada dampak sosial ekonomi sementara Jepang lebih unggul pada track record teknologinya.

Seperti diketahui, proyek Kereta Cepat menjadi perbincangan dalam sepekan terakhir setelah Presiden Joko Widodo merestui penggunan APBN dalam proyek tersebut. 

Penggunaan APBN dikritik banyak pihak karena dari awal Presiden Jokowi menegaskan tidak akan menggunakan anggaran negara untuk proyek tersebut.

Penggunaan APBN dikhawatirkan tidak hanya berhenti sampai proses konstruksi tetapi akan terus berlanjut sampai operasional.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...