5 Wisata Kota Tua Jakarta, Ikon Sejarah yang Menarik dan Edukatif

Image title
8 Agustus 2021, 10:00
kota tua, kota tua jakarta, wisata kota tua jakarta, wisata kota tua, kota tua jakarta hari ini buka atau tutup
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.
Warga berjalan di kawasan rendah emisi, Kota Tua, Jakarta, Rabu (17/2/2021). Data hasil analisis laboratorium dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat menunjukan kualitas udara di kawasan Kota Tua menjadi baik setelah adanya kebijakan Low Emission Zone (LEZ) atau kawasan rendah emisi yang diberlakukan Pemprov DKI Jakarta sejak 8 Februari 2021.

Selain itu, di Museum Fatahillah juga memiliki bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat digunakan pada zaman penjajahan Belanda. Eksterior Museum Fatahillah yang didominasi warna putih juga dapat dijadikan sarana foto estetik yang tak kalah menarik.

3. Museum Wayang

Harga tiket masuk: Rp5.000 (dewasa), Rp3.000 (mahasiswa), Rp2.000 (anak-anak)

Jam buka: 09.00-15.00 WIB

Alamat: Jl. Pintu Besar Utara No.27, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat

Nomor telepon: (021) 6929560

Museum Wayang merupakan museum yang menampilkan beragam objek bersejarah. Gedung museum ini berdiri di atas tanah bekas gereja. Pada awalnya konstruksi gedung tersebut bernama De Oude Hollandsche Kerk (Gereja Lama Belanda) dan didirikan pertama kali pada tahun 1640.

Kemudian pada tahun 1732, gereja tersebut diperbaiki dan berproses dan berganti nama menjadi De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga pada tahun 1808 gereja tersebut hancur karena gempa bumi.

Bangkit dari reruntuhan, tanah tersebut kemudian didirikan Museum Wayang dan diresmikan pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar, beberapa arsitektur bekas gereja masih tampak terlihat dalam gedung baru tersebut.

Museum Wayang menampilkan bermacam jenis wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain. Wayang-wayang dari luar negeri juga tersedia di Museum Wayang, seperti wayang dari Republik Rakyat Cina dan Kamboja.

Sampai saat ini, Museum Wayang telah mengoleksi lebih dari 4.000 buah wayang yang terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber, dan gamelan.

Museum Wayang juga menampilkan berbagai boneka dari mancanegara, contohnya boneka-boneka yang berasal dari Eropa, Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India, dan Kolombia. Selain itu, Museum Wayang juga sering mengadakan pagelaran wayang pada minggu ke 2 dan ke 3 setiap bulannya.

Pengunjung juga dapat menikmati Taman Museum Wayang dimana terdapat beberapa batu nisan untuk mengenang tokoh-tokoh seperti Gubernur Jenderal Abraham Patras, Gubernur Cornelis Caesar beserta isterinya Anna Ooms, kemudian Maria Caen dan saudara laki-lakinya Anthoni Caen.

4. Cafe Batavia

Jam buka: 07.00-21.00 WIB

Alamat: Jl. Pintu Besar Utara No.14, RT.7/RW.7, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat

Nomor telepon: (021) 6915534

Cafe Batavia adalah sebuah restoran yang terletak di Kota Tua Jakarta. Restoran tersebut merupakan salah satu ikon kolonial yang menghadap ke alun-alun Taman Fatahillah. Bangunan tempat Cafe Batavia didirikan adalah bangunan tertua kedua di alun-alun tersebut, kedua setelah gedung Balai Kota Batavia yang telah dibangun kembali sebagai Museum Fatahillah.

Cafe Batavia hadir dengan konsep vintage dan old-school yang membawa pengunjung menjelajahi zaman dahulu ketika Jakarta masih bernama Batavia. Minuman dan makanan yang ditawarkan oleh Cafe Batavia berkisar harga Rp20.000 hingga Rp200.000.

Nuansa arsitektur kuno Belanda yang kental, serta perpaduan hidangan yang lezat dapat membuat pengunjung jatuh hati. Cafe Batavia juga sering dijadikan latar belakang untuk foto prewedding atau buku tahunan karena keindahannya.

5. Toko Merah

Jam buka: 08.00-22.00 WIB

Alamat: Jl. Kali Besar Barat No. 11, Pinang Siang, Roa Malaka, Tambora, Jakarta Barat

Jika Anda berkunjung ke Kota Tua Jakarta, Anda akan menemukan bangunan merah di Jalan Kali Besar Barat 17, dekat dengan sungai Ciliwung. Bangunan tersebut dijuluki dengan nama Toko Merah.

Gedung Toko Merah dibangun di atas areal seluas 2.455 meter persegi. Bangunan ini terdiri atas tiga gedung yang menyatu. Bangunan depan (tingkat dua) dan belakang (tingkat tiga) yang membujur dari utara ke selatan. Adapun bangunan tengah merupakan penghubung bangunan utara dan selatan yang melintang dari timur ke barat.

Awalnya, bangunan ini adalah rumah dari Willem Baron van Imhoff, yang kemudian menjadi Gubernur Jenderal East India Company pada tahun 1743-1750. Eksterior yang khas warna merah tersebut sangat mencolok dan berbeda dengan deretan bangunan sekitarnya.

Siapa sangka, ternyata Toko Merah merupakan saksi bisu dari sebuah peristiwa kelam yang terjadi pada tahun 1740.

Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Geger Pacinan. Saat peristiwa tersebut terjadi, banyak mayat bertebaran di Kali Besar sehingga permukaan air menjadi warna merah. Oleh sebab itu, banyak orang mengaitkan peristiwa tersebut dengan Toko Merah.

Kemudian pada tahun 1743-1755, bangunan tersebut dijadikan Kampus dan Asrama Académie de Marine (akademi angkatan laut) lalu beralih fungsi menjadi Heerenlogement atau hotel para pejabat pada tahun 1786-1808 digunakan untuk.

Toko Merah terus beralih kepemilikan hingga pada sekitar tahun 1990, Toko Merah dijadikan Bangunan Cagar Budaya berdasarkan UU No. 5 Tahun 1992 dan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 Tanggal 29 Maret Tahun 1993.

Cukup diabaikan dalam waktu yang lama, akhirnya Toko Merah direstorasi pada tahun 2012 hingga saat ini Toko Merah menjelma menjadi gedung serbaguna yang berfungsi sebagai tempat konferensi dan pameran.

Itulah ragam wisata Kota Tua yang menarik untuk dikunjungi. Tak hanya indah dipandang, Kota Tua juga menyimpan banyak sejarah yang sangat menarik untuk dipelajari.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...