Ombudsman Beri Peringatan Dini Empat Komoditas Impor di Tahun Politik

Ameidyo Daud Nasution
4 Februari 2019, 14:55
Beras Bulog
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Presiden Joko Widodo menyatakan telah mendapatkan info dari Bulog bahwa harga beras telah turun berkat sejumlah operasi besar-besaran di pasar.

Lain halnya dengan Jagung, Ombudsman  justru menilai pemerintah perlu membuka keran impor guna menekan harga unggas di pasar. Namun impor, tetap harus disertai dengan kuota. Jika tidak, hal tersebut akan berbahaya bagi pasokan dalam negeri.

Alamsyah juga menjelaskan polemik soal impor jagung dimulai ketika pemerintah memutuskan membatasi impor hanya 1,3 juta ton pada 2016 karena melindungi petani. Pembatasan impor membuat peternak mencari pakan lainnya yakni gandum. Namun, pada 2018 harga gandum dunia meningkat. Maka pada tahun ini impor jagung  kembali dibuka.

Oleh sebab itu,  Ombudsman meminta pemerintah sepanjang tiga bulan mendatang memperketat proses verifikasi impor jagung. Selain itu manajemen stok juga diperlukan untuk mengatasi kelangkaan pasokan.

"Sambil impor berjalan, pemerintah harus mengidentifikasi kebutuhan jagung yang riil," kata dia.

Sebagai catatan, impor jagung untuk pakan ternak untuk periode 2015-2018 sebesar 5,7 juta ton. Angka itu turun dari periode 2010-2014 yang mencapai 12,9 juta ton.

Impor pangan menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) seelumnya juga sempat menuai sorotan Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri. Indonesia disebut sebagai negara pengimpor gula terbesar dunia periode 2017-2018 dengan volume sebesar 4,45 juta ton, berdasarkan data Statista. 

(Baca: Faisal Basri Soroti Impor Pangan & Baja Penyebab Defisit Neraca Dagang)

Selain Indonesia, Statista mencatat Tiongkok sebagai negara pengimpor gula terbesar kedua dengan volume 4,2 juta ton diikuti Amerika Serikat di posisi ketiga dengan volume impor 3,11 juta ton.

Adapun tujuh negara lain yang juga tercatat sebagai pengimpor gula terbesar dunia versi Statista rata-rata memiliki volume impor di bawah 3 juta ton. Ketujuh negara itu adalah Uni Emirate Arab, Bangladesh, Algeria, Malaysia, Nigeria, Korea Selatan, dan Arab Saudi.

Dengan besarnya volume gula Indonesia, Faisal pun minta pemerintah mewaspadai praktik pemburu rente yang dikhawatirkan dapat memperburuk defisit neraca perdagangan. "Praktik rente yang gila-gilaan seperti ini berkontribusi memperburuk defisit neraca perdagangan," cuitnya di Twitter, Rabu (9/1).

Disparitas harga gula internasional dengan harga produksi domestik dinilai juga bisa memberi celah beroperasinya para pemburu rente serta berpotensi menciptakan praktik korupsi. 

(Baca: Manis Impor Gula Menjelang Pemilu)

Faisal mengatakan rata-rata harga gula mentah internasional sebesar Rp 4 ribu per kilogram, jauh lebih murah daripada Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gula yang mencapai Rp 9.700 per kilogram. "Disparitas ini merupakan penyebab praktik rente," kata dia di Jakarta, Senin (14/1).

Menurutnya, keputusan impor gula oleh pemerintah merupakan solusi jangka pendek untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, terutama dalam menjaga stabilisasi harga. Namun, pemerintah tidak menyediakan solusi jangka panjang untuk pemenuhan kebutuhan dari produk domestik.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...