Rekor Sejak 59 Tahun Berdiri, Pertamina Cetak Laba Rp 42 Triliun

Anggita Rezki Amelia
13 Februari 2017, 20:50
No image

Wianda mencontohkan efisiensi yang dilakukan tahun lalu adalah renegosiasi kontrak bagi hasil (PSC), salah satunya pada Blok WMO. Selain itu, Pertamina mengoptimalkan pemakaian aset hulu migas yang wilayah kerjanya saling berdekatan antara satu dengan yang lain, seperti di wilayah kerja milik Pertamina Hulu Energi (PHE).

Kedua, efisiensi dari pengadaan minyak mentah sebesar US$ 286 juta, efisiensi pengolahan minyak mentah di Irak (CPD Basrah) sekitar US$ 26 juta dan efisiensi pembelian LPG Iran mencapai US$  28,2 juta. (Baca: Pertamina Tambah Investasi 2017 Jadi Rp 80 Triliun)

Ketiga, meningkatnya volume penjualan Pertalite dan varian baru solar, yaitu Dexlite, sebesar US$ 349 juta. Selain itu, optimalisasi keterisian kapal dan bunker shipping sebesar US$ 109,4 juta. Ada pula beberapa upaya lain Pertamina untuk menekan kerugian.

Berbagai upaya efisiensi dan ekspansi bisnis itu juga diakumulasikan dengan kinerja Pertamina di sektor hulu migas. Tahun lalu, Pertamina berhasil membukukan produksi  minyak mentah sebesar 278 juta barel minyak per hari (mbopd), meningkat 12,3 persen dari tahun 2015 yang hanya 312 mbopd. Sedangkan produksi gas sebesar 1.961 mmscfd, meningkat 3,1 persen dari tahun 2015 yang sebanyak 1.902 mmscfd.

Alhasil, Pertamina mencatatkan pendapatan hingga akhir tahun lalu sebesar  US$ 36,45 miliar. Jumlahnya turun sekitar 12,7 persen dibandingkan dengan  pendapatan 2015 yang sebesar US$ 41,76 miliar. ''Kita tunggu laporan lengkap hasil audit dari RUPS Pertamina,'' kata Wianda.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...