Harga BBM Indonesia Termurah Kedua di ASEAN

Anggita Rezki Amelia
13 April 2016, 16:27
Premium pertamina
Arief Kamaludin|KATADATA
Petugas SPBU mengisikan bahan bakar jenis premium kepada kendaraan pelanggan di Jakarta.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memutuskan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Solar sebesar Rp 500 menjadi masing-masing Rp 6.450 dan Rp 5.150 per liter sejak 1 April lalu. Penetapan harga jual eceran BBM itu sebenarnya lebih tinggi dari harga keekonomiannya lantaran harga minyak dunia memang sedang terpuruk. Namun, Kementerian ESDM mengklaim, harga BBM di Indonesia saat ini tergolong yang termurah di kawasan ASEAN. 

Menteri ESDM Sudirman Said mengakui, harga keekonomian Premium periode April-Juni sebesar Rp 5.700 per liter. Artinya, harga jual eceran saat ini lebih tinggi 11,6 persen dari harga keekonomian. Hitungan harga keekonomian tersebut mengacu kepada dua indikator utama penentu harga BBM yakni harga Mean of Plats Singapore (MOPS) dan nilai tukar rupiah. MOPS rata-rata tiga bulan selama Januari-Maret 2016 yang mencapai US$ 45,457 per barel. Sedangkan rata-rata nilai tukar rupiah selama tiga bulan pertama tahun ini sebesar Rp 13.482 per dolar Amerika Serikat (AS).

Tidak berbeda dengan Premium, harga Solar saat ini juga lebih tinggi daripada harga keekonomiannya. Jika tanpa subsidi, harga Solar seharusnya bisa mencapai Rp 5.000 per liter. Dengan adanya subsidi, maka harga Solar bisa lebih murah yakni Rp 4.000 per liter. Sebab, nilai MOPS rata-rata tiga bulan pertama 2016 hanya US$ 39,650 per barel dan nilai tukar Rp 13.482,77 per dolar AS.

Pemerintah punya alasan, mengapa penurunan harga BBM pada awal April ini tidak lebih besar dan disesuaikan dengan harga keekonomiannya. Sudirman menyebut, salah satu pertimbangannya adalah agar harga BBM tidak terlalu bergejolak. Apalagi, menurut prediksinya, ke depan bakal terjadi kenaikan harga minyak dunia.

(Baca: Harga Premium Turun Rp 500 per April, Tarif Angkutan Turun 3 Persen)

Perbandingan Harga Premium
 

Dengan menahan harga BBM tidak turun terlalu dalam pada awal April ini, maka pemerintah tidak perlu menaikkan lagi harga BBM pada awal Juli nanti. Seperti diketahui, pemerintah sejak awal tahun ini menetapkan harga BBM setiap tiga bulanan berdasarkan perhitungan rata-rata harga MOPS dan kurs rupiah. “Lebih baik kami simpan selisihnya (antara harga jual dengan harga keekonomian) untuk jadi bantalan, karena Juni ada momen puasa,” ujar Sudirman saat memaparkan kebijakan harga baru BBM dalam rapat kerja dengan Komisi Energi (Komisi VII) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta, Selasa (12/4).

Sudirman menambahkan, penurunan harga BBM juga sebenarnya tidak terlalu berdampak terhadap masyarakat. Kondisinya berbeda jika harga BBM dinaikkan yang langsung memicu kenaikan harga barang-barang. Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian ESDM, ketika ada penurunan harga BBM sebesar 3,5 persen, harga bahan pokok hanya turun 0,1 persen. Tapi, saat harga BBM naik 8 persen maka kenaikan harga bahan pokok mencapai 2 persen. (Baca: Tarif Angkutan Umum Dinilai Sulit Turun Mengekor Harga BBM)

Begitu pula dengan ongkos transportasi. Ketika harga BBM jenis Solar turun 16 persen, tarif transportasi hanya terkoreksi lima sampai 10 persen. Namun saat ada kenaikan harga Solar 16 persen, tarif transportasi ikut terkerek naik hingga 30 persen.  

Perbandingan Harga Solar

Di sisi lain, harga BBM jenis Premium di Indonesia saat ini masih lebih murah dibandingkan mayoritas negara di ASEAN. Harga Premium di Indonesia hanya lebih tinggi dibandingkan harga BBM berkadar oktan sama di Malaysia.

Per 14 Maret lalu, berdasarkan data Kementerian ESDM, Singapura merupakan negara yang paling mahal menjual bensin dibandingkan negara ASEAN lainnya. Harga bensin di negeri Singa mencapai Rp 16.303 per liter. Disusul Laos Rp 15.210 per liter, Filipina Rp 10.790 per liter, dan Kamboja Rp 10.530 per liter. (Baca: Harga BBM Turun, Penjualan Kendaraan Bisa Naik Hingga 10 Persen)

Adapun harga Premium di Indonesia pada periode itu sebesar Rp 6.950 per liter, lebih mahal dibandingkan harga bensin Malaysia yang sebesar Rp 5.090 per liter. “Tapi harga bensin di Vietnam, Laos dan lain-lain itu lebih tinggi dari kita, apalagi Singapura,” kata Sudirman.

Sementara untuk harga minyak Solar, negara yang paling mahal menjual produk tersebut adalah Laos. Harga Solar di sana mencapai Rp 11.050 per liter. Sedangkan harga solar di Singapura Rp 9.280 per liter, Kamboja Rp 8.580 per liter dan Thailand Rp 8.281 per liter. Di Indonesia, Solar dijual Rp 5.650 per liter, hanya lebih mahal dibandingkan Malaysia yang sebesarRp 4.293 per liter. 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...