May Day di Tengah Pandemi, Sejarah Panjang Hari Buruh Internasional

Pingit Aria
1 Mei 2020, 03:30
Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat (1/5/2019). Saat itu, buruh menuntut penghapusan pemagangan dan sistem outsourcing.
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat (1/5/2019). Saat itu, buruh menuntut penghapusan pemagangan dan sistem outsourcing.

Pada 1 Mei 1995, Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI) nekat menggelar peringatan hari buruh pertama pada era pemerintahan Orde Baru. Dalam peristiwa tersebut, sebanyak 21 demonstran yang tersebar di Jakarta dan Semarang ditangkap aparat.

Peringatan hari buruh baru diperbolehkan kembali setelah Suharto lengser dari kursi Presiden. Pada 1 Mei 2013, hari buruh untuk pertama kalinya ditetapkan sebagai hari libur nasional oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketentuan tersebut pun terus berlaku hingga saat ini.

Sejarah Hari Buruh Internasional

Menurut situs organisasi Pekerja Industri Sedunia (IWW), sejarah panjang peringatan Hari Buruh sedunia dimulai pada puncak era revolusi industri, tepatnya abad 19. Kala itu, para buruh di Amerika Serikat biasa bekerja selama 10 hingga 16 jam sehari dalam kondisi yang tidak aman.

Sejak tahun 1860-an, kelompok buruh mulai menaruh perhatian pada pentingnya pembatasan durasi bekerja menjadi 8 jam sehari. Pada tahun 1884, kelompok buruh baru mampu mengumpulkan cukup kekuatan untuk mendeklarasikan tuntutan kerja 8 jam tersebut.

Dalam deklarasi itu, Federasi Perdagangan Terorganisir dan Serikat Buruh, yang kini menjadi Federasi Buruh di AS, menyatakan 8 jam sebagai durasi kerja resmi yang berlaku mulai 1 Mei 1886. Deklarasi tersebut dilakukan dalam konvensi nasionalnya di Chicago.

(Baca: Industri Tekstil RI saat Pandemi: Sudah Jatuh, Tertimpa Tangga)

IWW menjelaskan, kala itu kelompok buruh di AS dilandasi oleh semangat sosialisme, sebuah ideologi yang bertujuan untuk menciptakan kontrol kelas pekerja terhadap produksi dan distribusi barang dan jasa. “Para pekerja telah melihat secara langsung bahwa Kapitalisme hanya menguntungkan bos mereka, memperdagangkan hidup pekerja demi keuntungan,” tulis IWW.

Pada 1 Mei 1886, lebih dari 300 ribu buruh yang berasal dari 13 ribu perusahaan di seluruh AS meninggalkan pekerjaan untuk merayakan dimulainya pemberlakuan 8 jam kerja. Di Chicago, dimana kebijakan itu bermula, sebanyak 40 ribu buruh melakukan gerakan mogok kerja. Lambat laun, jumlah buruh yang turun ke jalan membengkak menjadi 100 ribu orang.

Peringatan pertama berlangsung damai. Namun, tidak demikian dengan peringatan susulan yang dilakukan sekitar dua ratus buruh dari perusahaan McCormick Reaper Works, pada 3 Mei 1886. Peringatan ini diwarnai dengan aksi pemukulan dan lemparan batu antara aparat dengan demonstran, hingga mengakibatkan dua orang tewas.

Mengutip History.com, keesokan harinya, sebanyak 3 ribu buruh mengadakan pertemuan di lapangan Haymarket untuk membicarakan kekerasan aparat terhadap buruh McCormick Reaper Works. Gerakan yang berlangsung damai ini kemudian berubah menjadi kerusuhan.

Polisi menilai pidato August Spies, pembicara utama dari pertemuan tersebut, bersifat menghasut. Di tengah-tengah pertemuan, aparat merengsek masuk dan membubarkan kerumunan. Namun tiba-tiba, seseorang tidak dikenal melempar bom ke arah aparat.

(Baca: Diprotes Buruh, Jokowi Tunda Bahas Omnibus Law soal Ketenagakerjaan)

Aparat kemudian membalas dengan melakukan penembakan, hingga mengakibatkan 40 warga sipil terluka, dan delapan di antaranya tewas. Dalam peristiwa tersebut, tujuh tokoh yang dituduh sebagai insiator pertemuan menerima hukuman mati satu tahun kemudian.

Kerusuhan Haymarket lantas menarik perhatian global. Tragedi tersebut menginspirasi penyelenggaraan Kongres Sosialis Internasional II di Paris. Di dalam Kongres itu pula, 1 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari pembebasan kelompok buruh di seluruh dunia.

Reporter: Nobertus Mario Baskoro

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...