Mantan Gubernur OPEC Sebut Penurunan Harga BBM Bisa Timbulkan Inflasi

Image title
14 Mei 2020, 17:28
harga bbm, harga minyak, inflasi, pertamina
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
Petugas SPBU menunggu konsumen di SPBU COCO Pertamina, Kuningan, Jakarta, Rabu (29/4/2020). Mantan Gubernur Indonesia untuk OPEC Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan jika harga BBM turun maka berpotensi menimbulkan inflasi.

Pertamina sebelumnya memproyeksikan kehilangan pendapatan hingga 44,6% dari RKAP 2020 karena pandemi corona. Berdasarkan RKAP Pertamina, target laba tahun ini sebesar US$ 2,2 miliar dan pendapatan US$ 58,33 miliar.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan pihaknya membuat dua skenario, yakni skenario berat dan skenario sangat berat dalam menghitung dampak dari turunnya harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan nilai tukar kurs rupiah yang melemah.

"Total pendapatan kami akan turun pada skenario berat sebesar 38%, dan pada skenario sangat berat menjadi 45%," kata Nicke dalam video conference bersama Komisi VII, Selasa (21/4).

(Baca: Harga BBM Tak Turun Bisa Untungkan Pemerintah untuk Tangani Covid-19)

Nicke menyebut skenario berat dihitung berdasarkan asumsi ICP US$ 38 per barel dan nilai tukar Rp 17.000 per dolar AS. Total potensi penurunan pendapatan dalam skenario ini mencapai 38,7% dari RKAP.

Secara rinci, penurunan pendapatan di sektor hulu diproyeksi mencapai 56,56% dan sektor hilir sebesar 38,42%. Adapun perkiraan penurunan pendapatan dari sektor subholding gas sebesar 13,54% dan sektor finance dan service subs sebesar 39,96%.

Untuk skenario sangat berat, Pertamina menghitungnya berdasarkan asumsi ICP US$ 31 per barel dan nilai tukar Rp 20.000 per dolar AS. Total potensi penurunan pendapatan mencapai 44,6% dari RKAP.

Dalam skenario tersebut, Pertamina memproyeksikan penurunan pendapatan di sektor hulu sebesar 59,19% dan sektor hilir sebesar 45,85%. Kemudian, potensi penurunan pendapatan dari sektor subholding gas sebesar 14,33% dan dari finance dan service subs sebesar 47,01%.

"Cashflow lebih berat karena kami memberikan banyak fasilitas kredit kepada pelanggan. Kami menyadari seluruh pihak kesulitan cashflow jadi kami memberikan keringan kepada pelanggan kami," ujar Nicke.

Di sisi lain, penjualan BBM Pertamina pada Maret 2020 anjlok 34,6% dibandingkan bulan sebelumnya akibat pandemi corona. Penurunan penjualan BBM tersebut tercatat sebagai yang terendah sepanjang sejarah Pertamina.

Penurunan permintaan BBM utamanya terjadi di kota-kota besar, seperti di DKI Jakarta yang turun 59%, Bandung turun 57%, dan Makassar 53%. Sedangkan, permintaan BBM di kota-kota lainnya rata-rata mengalami penurunan di atas 40%.

(Baca: Menteri ESDM Sebut Harga BBM Terjangkau, di Malaysia Lebih Murah)

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...