Sulit Dapat Data Swasta, Pemerintah Siapkan Protokol Pertukaran Data
Di pihak lain, Bambang juga menekankan pentingnya aspek interoperabilitas dan keamanan dalam protokol pertukaran data. Artinya, dari pihak pengguna, termasuk pemerintah pun harus menjaga data tersebut agar tidak bocor.
Di antara aplikasi yang tengah dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi adalah Mobile Covid-19 Track. Aplikasi khusus dokter ini dilengkapi dengan fitur analisis sebaran dan pergerakan pasien Covid-19. Fitur lainnya adalah pengelolaan alat pelindung diri (APD) secara spasial.
"Jadi, ini tujuannya benar-benar untuk melindungi dokter, tapi tidak dengan dokumen yang banyak atau berlebihan. Cukup dengan aplikasi di handphone," kata Bambang.
Kemenristek juga berencana membuat paspor kesehatan (health pass) terkait Covid-19 dengan AI dan big data. Melalui ini, masyarakat dapat mengetahui informasi kesehatan pribadinya dan data kesehatan orang lain di berbagai wilayah. "Sehingga ketika kita bergerak kita bisa mengetahui bagaimana kondisi kita dan sekitarnya. Ini menurut saya sangat penting," kata Bambang.
Selain pemerintah, perusahaan teknologi seperti Telkom dan Deloitte sudah menggunakan big data selama pandemi corona. Namun, tujuannya untuk meningkatkan pelayanan konsumen sampai pengembangan produk.
Head of Data Telkom Komang B Aryasa menyatakan, perusahaannya menggunakan big data untuk memberikan penawaran paket data berlangganan pada layanan streaming atau video on demand (VoD).
Sementara, Data Analytics Deloitte Tantiny Tanjung menyatakan big data membantu perusahaannya lebih mudah menyarankan sejumlah opsi bisnis kepada klien. Dengan begitu, proses konsultasi berjalan lebih efisien.
"Nah, dengan mengetahui apa saja value yang ingin ditangkap (klien), maka barulah kita membentuk rencana strategis, dan menangkap peluang lain untuk menghasilkan penghasilan baru," ujar Tantiny.