Beban Berat Sektor Pertanian Menanggung Pengangguran Saat Pandemi

Rizky Alika
17 Februari 2021, 21:08
Petani memanen padi yang ditanam dengan dengan sistem hidroganik di Perumahaan Bumi Sawangan Indah, Depok, Jawa Barat, Selasa (16/2/2021). Kelompok Tani Terpadu Angsana 12 memanfaatkan lahan tidur di sekitar perumahan mereka sebagai lokasi menanam padi de
ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/aww.
Petani memanen padi yang ditanam dengan dengan sistem hidroganik di Perumahaan Bumi Sawangan Indah, Depok, Jawa Barat, Selasa (16/2/2021). Kelompok Tani Terpadu Angsana 12 memanfaatkan lahan tidur di sekitar perumahan mereka sebagai lokasi menanam padi dengan sistem hidroganik.

Sebagai contoh, produktivitas beras pada tahun lalu masih stagnan. Ia mencatat, produktivitas beras pada 2018 mencapai 5,20 ton per hektare. Selanjutnya, produktivitas beras pada 2019 dan 2020 hanya sebesar 5,11 ton per hektare.

Kondisi itu terjadi lantaran ada penurunan kapasitas produksi. Produksi Gabah Kering Giling pada 2019 mencapai 54,60 juta ton, sementara pada 2020 turun 0,13% menjadi 54,53 juta ton. "Kalau kapasitas menurun, sulit meningkatkan produktivitas," ujar dia.

Adapun, penurunan produksi terjadi karena kurangnya pengelolaan air, belum berjalannya peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan keteragantungan pupuk kimia yang sangat tinggi.

Di sisi lain, masih ada disparitas produksi padi antarwilayah. Produktivitas padi tertinggi pada 2020 terjadi di Jawa yang mencapai 5,64 ton per hektare. Sementara, produktivitas padi di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi secara berturut-turut sebesar 4,8 ton per hektare, 3,37 ton per hektare, dan 4,47 ton per hektare.

MENANAM PADI DENGAN SISTEM TABELA DI GOWA
MENANAM PADI DENGAN SISTEM TABELA DI GOWA (ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/wsj.) 

Pemanfaatan Teknologi Pertanian

Dengan permasalahan tersebut, Bustanul menilai perubahan teknologi menjadi salah satu solus. Sektor pertanian dianggap perlu memanfaatkan perubahan teknologi dalam bidang produksi, panen, dan pasca panen.

Selain itu, perlu peningkatan kualitas benih dan input lain untuk meningkatkan pertanian. Peningkatan TFP juga bisa dilakukan melalui perbaikan kinerja penelitian dan pengembangan, penyempurnaan ekosistem inovasi, dan kerjasaama antara akademisi, bisnis, pemerintah, dan masyarakat.

"Kita tahu penyatuan litbang oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) masih bermasalah. Namun ini harus ditingkatkan," ujar dia.

Sementara, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mengatakan, revolusi industri 4.0 harus membuat sektor pertanian optimistis. Pihaknya pun telah melakukan sejumlah inovasi untuk sektor pertanian. "Tapi ini memerlukan business matching antara perguruan tinggi dan pasar," ujar dia.

Salah satu contoh inovasi yang dilakukan IPB ialah Platform Ecosystem, yaitu sistem pintar deteksi konversi lahan. Platform tersebut dapat menyediakan informasi mengenai distribusi komoditas strategi nasional, pemantauan perubahan penggunaan lahan, dan sistem peringatan dini untuk perubahan tutupan vegetasi per 8 hari.

Selain itu, ada pula inovasi SMARTSeeds, yaitu layanan informasi benih, sayuran, dan pemupukan presisi. Sejumlah keunggulan layanan tersebut ialah mampu merekomendasi pemupukan, irigasi, prediksi curah hujan, dan mengotomatiskan pemetaan komoditas.

Keunggulan SMARTSeeds lainnya, layanan data geospasial untuk pengembangan tanaman hortikultur yang diletakkan dalam web, aplikasi, dan SMS. selain itu, integrasi dalam Apps Spindo, mendapatkan rekomendasi berbasis lokasi untuk berbagai komoditas hortikultur.

Kemudian, ada pula inovasi Fire Risk System (FRS), Deteksi Pintar Kesehatan Tanaman Padi, Nutrigads, SMART Integrated Pest Management, Apartemen Kepiting 4.0, Provibio, hingga penciptaan 57 varietas unggul IPB. "Mudah-mudahan inovasi ini bermanfaat," ujar dia.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...