RI Tak Boleh Menggantungkan Nasib Sawit pada Kerja Sama Eropa-ASEAN

Cahya Puteri Abdi Rabbi
1 April 2021, 08:07
uni eropa tolak sawit, industri sawit, kelapa sawit, ekspor sawit
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/NZ.
Ilustrasi. Uni Eropa dalam beberapa tahun terakhir gencar menolak komoditas kelapa sawit yang menjadi salah satu andalan utama ekspor Indonesia.

Pemerintah Indonesia bahkan sudah menggugat Uni Eropa terkait diskriminasi terhadap minyak kelapa sawit tersebut ke WTO. Namun, Uni Eropa  justru kian gencar menolak kelapa sawit dengan menetapkan batas maksimum  komoditas tersebut sebagai bahan makanan.

Duta besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket mengatakan, Uni Eropa memiliki program  Kesepakatan Hijau (European Green Deal) dan Farm to Fork (F2F). Green Deal  merupakan transisi dari model ekonomi tinggi karbon menjadi rendah karbon.

Melalui Green Deal, Uni Eropa ingin mengurangi polusi dan memperbaiki iklim serta menjadikan negaranya bebas dari emisi gas rumah kaca pada 2050 mendatang. Sedangkan Farm to Fork adalah strategi merancang ulang sistem pangan dengan mengurangi penggunaan pestisida untuk menghasilkan pangan yang sehat, aman, dan berkelanjutan. 

 “Kami ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang baik dengan penggunaan sumber daya alam yang optimal. Jadi tidak ada lagi masyarakat yang tertinggal,” kata Vincent 

Adapun Vincent menilai langkah Uni Eropa dan negara-negara ASEAN membentuk Joint Working Program (JWP)  sangat baik. Kemitraan ini  penting untuk membahas kesepakatan perdagangan kedua kelompok negara tersebut. 

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...