Lonjakan Kasus Covid-19 dan Tantangan Ekonomi Asia

Image title
Oleh Ekarina - Tim Publikasi Katadata
30 Juni 2021, 10:22
Lonjakan Kasus Covid-19 dan Tantangan Ekonomi Asia
Katadata

Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Laporan dan rilis data memaparkan capaian pertumbuhan ekonomi maupun inflasi beberapa negara selama pandemi Covid-19 gelombang kedua. India melaporkan pertumbuhan ekonomi (PDB) pada kuartal I 2021 sebesar 1,6%, lebih tinggi dibanding periode sebelumnya sebesar 0,5%. Peningkatan ini diperkirakan  terdorong oleh permintaan, ketika kasus Covid-19 masih terkendali pada awal kuartal.

"Kami melihat adanya potensi distorsi pada perhitungan dari satu kali penyesuaian pembayaran subsidi sepanjang 2021 yanga tertuang dalam anggaran bulan Februari," ujar Tim Ekonomi DBS dalam risetnya.

DBS melihat adanya kemungkinan Bank sentral India tetap mempertahankan kebijakan suku bunga, dengan fokus kebijakan mengatasi kerapuhan pertumbuhan melalui regulasi terarah dan dukungan likuiditas, serta memastikan stabilitas sektor keuangan.

Sementara itu, Thailand dan Indonesia sama-sama mengalami kenaikan inflasi pada Mei 2021.  Indonesia mencatat inflasi Mei 0,32% , meningkat dari bulan sebelumnya bertepatan dengan momentum hari raya Idul Fitri, sementara inflasi Thailand tercatat 2,41% yang dipengaruhi oleh tekanan harga komoditas.

Meski demikian, inflasi masih tetap terkendali di bawah target pemerintah. Bank sentral Thailand dan Bank Indonesia akan fokus pada strategi makroprudensial untuk menjaga stabilitas perekonomian.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini mencapai 4,1% hingga 5,1%. Perbaikan ekonomi diprediksi akan terdorong oleh kinerja ekspor dan impor yang membaik, belanja pemerintah, hingga Undang-undang (UU) Cipta Kerja yang akan mendongkrak investasi.

"Semua instrumen kami keluarkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, tidak hanya stabilitas. Suku bunga acuan 3,5%, terendah sepanjang sejarah. Kami agresif mendukung ekonomi," katanya Maret lalu seperti yang dikutip dari laman katadata.co.id.

Stabilitas makro ekonomi, menurut Perry, terjaga dengan Inflasi akan sesuai target sasaran pada rentang 2-4%. Ia memperkirakan defisit transaksi berjalan juga akan terkendali 1%-2% terhadap produk domestik bruto," ujarnya.

Kondisi perbankan juga sangat baik dengan rasio permodalan yang kuat dan likuiditas yang longgar. Namun, Perry mengataan, penyaluran kredit hingga kini masih lesu. "Kami di Komite Stabilitas Sistem Keuangan berupaya untuk meningkatkan kredit. Suku bunga diturunkan, likuiditas dikendorkan, termasuk OJK dari sisi regulasinya," katanya.

Sinergi KSSK, perbankan, dan dunia usaha, menurut dia, akan diarahkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan-pembiayaan di sektor prioritas yang memiliki kontribusi besar terhadap PDB dan ekspor. Paket kebijakan yang digulirkan KSSK pada awal Februari mencakup kebijakan insentif fiskal serta dukungan belanja pemerintah dan pembiayaan.

Selain itu, kebijakan juga mencakup stimulus moneter, kebijakan makroprudensial, dan digitalisasi pembayaran, kebijakan prudensial di sektor keuangan, dan penjaminan simpanan. Perry menyebutkan, terdapat sektor-sektor ekonomi yang memang memiliki daya tahan.

Namun, ada sektor-sektor yang juga perlu didorong. Salah satunya, sektor otomotif dan properti yang kini telah didukung oleh pemerintah dan otoritas melalui berbagai kebijakan.

Bank DBS menyediakan berbagai layanan lengkap untuk nasabah, SME dan juga perusahaan. Untuk membantu nasabah memahami seluk-beluk bisnis dan informasi terkini di kawasan paling dinamis di Asia Tenggara, Bank DBS menyediakan layanan informasi dan analisis keuangan. Untuk keterangan lebih lanjut klik disini.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...