Jokowi Bangun Sejumlah Infrastruktur Atasi Kekeringan Papua, Apa Saja?

Andi M. Arief
11 Agustus 2023, 09:28
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Bupati Keerom Piter Gusbager (kiri) usai memanen jagung di kawasan lumbung pangan (food estate) Kampung Wambes, Distrik Mannem, Keerom, Papua, Kamis (6/7/2023). Panen perdana di lahan lumbung pangan tersebut
ANTARA FOTO/Sakti Karuru/Spt.
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Bupati Keerom Piter Gusbager (kiri) usai memanen jagung di kawasan lumbung pangan (food estate) Kampung Wambes, Distrik Mannem, Keerom, Papua, Kamis (6/7/2023). Panen perdana di lahan lumbung pangan tersebut menghasilkan 7 ton per hektarnya melebihi standar nasional yakni 5,6 ton per hektar sehingga dapat memenuhi kebutuhan jagung nasional khususnya Indonesia Timur.

Oleh karena itu, mitigasi jangka panjang yang akan dilakukan pemerintah adalah membangun akses jalan di Papua Tengah. Muhadjir mengatakan jalan tersebut akan menghubungkan Jayapura, Wamena, dan Sinak.

Secara rinci, Muhadjir menjelaskan jalan tersebut akan melewati beberapa distrik di Papua Tengah, termasuk Distrik Mulia di Kabupaten Puncak Jaya hingga Distrik Sinak. Menurutnya, peralatan pembangunan jalan akan dibawa ke lokasi tersebut menggunakan pesawat Hercules.

Muhadjir menyampaikan akses darat sangat penting untuk menekan biaya mitigasi kekeringan masa depan di Papua Tengah. Pasalnya, biaya transportasi udara ke Sinak mencapai Rp 35 juta per penerbangan.

"Kami harapkan jangka panjang jalan darat tersebut sesuai dengan visi presiden, yaitu membangun Trans Papua dan bisa dimanfaatkan secara efektif untuk segera memajukan dan memakmurkan masyarakat Papua," ujar Muhadjir.

Tidak Akan Intervensi Pola Pertanian

Muhadjir mengatakan pemerintah tidak akan mengintervensi pola pertanian di Papua Tengah. Untuk diketahui, pertanian utama di Papua Tengah adalah umbi-umbian. Adapun, hasil pertanian di Papua Tengah merupakan pangan utama di mayoritas distrik.

Namun Muhadjir berniat untuk mengintervensi bibit umbi yang ditanam di sana. Hal tersebut dinilai penting mengingat panen umbi di Papua Tengah gagal lantaran cuaca ekstrim.

Sebanyak enam orang telah meninggal dunia akibat diare dan kekeringan. Adapun, kekeringan menyebabkan umbi yang ditanam di beberapa distrik busuk akibat cuaca ekstrem.

Muhadjir menjelaskan varian umbi yang dicari adalah varian yang mampu bertahan dalam kondisi kering dan dingin. "Jadi, biar tetap tanam pertanian dengan kearifan lokal mereka, hanya saja ada intervensi teknologi tepat guna. Kalau ada sentuhan teknologi tepat guna, diharapkan mereka bisa stok dan bangun ketahanan pangan dirinya," ujar Muhadjir.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...