Pembatasan Harga dan Kekeringan Mengancam Kesejahteraan Buruh Tani

Michael Reily
10 Agustus 2018, 18:43
Pertanian rusak karena banjir
ANTARA FOTO/Aji Styawan
Petani memanen padi di persawahan yang terendam banjir di Sayung, Demak, Jawa Tengah, Kamis (16/2). Menurut data dari Kantor Kecamatan Sayung, sekitar 200 hektare areal persawahan terendam air dan terancam gagal panen akibat meluapnya Sungai Dombo yang tak mampu menampung debit air karena intensitas hujan tinggi.

AP2TI mencatat, harga rata-rata beras medium berada di bawah rata-rata HET pada April 2017. Setelahnya, harga rata-rata satu kilogram beras medium selalu berada di atas HET.

Dwi menyatakan, situasi dan kondisi yang terjadi saat ini membuat petani kesulitan untuk sejahtera. Apalagi biaya pokok produksi 1 kilogram GKP sudah melampaui Harga Pembelian Pemerintah sebesar Rp 3.700 “Petani kan juga mengonsumsi beras,” ujarnya.

Tak hanya itu, masalah kekeringan yang mengancam sebagian wilayah Indonesia juga semakin mempersulit keadaan karena produktivitas petani berpotensi menjadi semakin rendah. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) puncak musim kemarau 2018 diprediksi terjadi pada bulan Agustus dan September 2018. Saat puncak musim kemarau, pemerintah dinilai perlu mewaspadai beberapa daerah yang rentan terjadi bencana kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan.

(Baca : Harga Gabah Petani Turun, BPS Sebut Beras Impor Disimpan di Gudang)

Karenanya, Dwi memperkirakan produksi beras semester kedua lebih rendah dibandingkan semester pertama 2018. Bahkan, panennya  yang sebekumnya digadang bisa menambah jumlah pasokan beras di gudang,  hasilnya diperkirakan bakal lebih rendah dibandingkan semester kedua tahun lalu karena dibayani masalah kekeringan dan  gagal panen. 

Perum Bulog, perusahaan pelat merah yang bertugas melakukan  stabilisasi pasokan dan harga beras, menargetkan penyerapan gabah setara beras sebesar 1 juta ton pada kuartal III 2018. Namun, Dwi pun meragukan target tersebut karena kendala cuaca dan harga.

Sementara Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian mendata penyerapan beras Bulog pada Juli 2018 hanya sebesar 238.172 ton, lebih sedikit dibandingkan Juli 2017 yang bisa mencapai 277.782 ton. Pada kuartal III tahun lalu, penyerapan Bulog pun cuma mencapai 676.542 ton.

(Baca juga: 261 Ribu Ton Beras Impor Siap Penuhi Gudang Bulog)

Penyerapan beras petani oleh Bulog pada semester I 2018 juga menorehkan kinerja yang kurang memuaskan. Sebab, penyerapannya  beras petani oleh Bulog hanya sekitar 1 juta ton, di bawah periode yang sama tahun lalu 1,27 juta ton.

Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Maman Suherman mengungkapkan pihaknya telah mengantisipasi kekeringan. Caranya dengan pompanisasi untuk areal sawah yang mengandalkan air hujan. “Kami sudah kerahkan pengairan bergilir ke sentra produsen padi,” kata Maman.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...