Langkah Pertamina Prioritaskan Subholding Hulu IPO Dinilai Tepat

PT Pertamina (Persero) mendorong subholding hulu untuk melantai di bursa saham atau IPO. Ini merupakan salah satu prioritas perusahaan. Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai, langkah ini tepat.
Sebab, IPO membantu perusahaan mendapatkan pendanaan. Tambahan modal ini bisa digunakan untuk mengembangkan potensi bisnis di sektor hulu.
Lagi pula, IPO dalam dunia usaha merupakan hal lumrah. "Sepanjang saham mayoritas masih di negara, lebih banyak positifnya," kata Pri Agung kepada Katadata.co.id, Selasa (16/6).
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya seperti PT Telkom, PT Antam, PTBA, dan PT Perusahaan Negara (PGN) juga sudah IPO. "Banyak kok BUMN migas luar negeri yang melantai dibursa saham, seperti Petrobras, Petronas, YPF SA, Statoil, dan Saudi Aramco," kata dia.
(Baca: Bos Pertamina akan Prioritaskan Subholding Hulu IPO Lebih Dulu)
IPO subholding hulu Pertamina dinilai bisa berdampak positif dalam meningkatkan tata kelola perusahaan. Sebab, perusahaan menjadi terbuka.
Di satu sisi, menurutnya sektor hulu Pertamina memang membutuhkan fondasi yang kuat untuk investasi. Langkah ini pun dinilai sejalan dengan visi Pertamina untuk menjadi pemain kelas internasional.
Akan tetapi, langkah tersebut harus dijalankan dengan tata kelola perusahaan yang baik. (Baca: Dorong Efisiensi, Pertamina Restrukturisasi Pengelolaan Blok Migas)
Sedangkan, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, IPO merupakan strategi perusahaan untuk ekspansi. Langkah ini mengindikasikan perusahaan sedang berkembang dan memerlukan dukungan anggaran yang cukup besar.
"Namun, saya paham ini tidak mudah bagi internal Pertamina yang selama ini relatif nyaman dengan 100% dimiliki pemerintah," kata dia.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, rencana IPO subholding hulu mempertimbangkan kebutuhan pendanaan dalam mengembangkan potensi bisnis. Contohnya, perusahaan butuh mitra untuk mengelola Blok Rokan pasca-alih kelola dengan Chevron rampung pada 2021.
"Contoh untuk Rokan, ketika ditetapkan sebagai pemenang, Pertamina harus bermitra. Jadi Pertamina harus melepas sebagian participating interest (PI). Maka, kami melakukan itu," ujar Nikce, kemarin (15/6).
(Baca: Fadli Rahman, Komisaris Milenial Subholding Pertamina Hulu Energi )
Di samping itu, ada banyak aset hulu yang dapat terus dikembangkan dengan melakukan IPO. Sebab, proses pengembangan di sektor hulu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
"Nantinya, 60% investasi di Pertamina untuk hulu, karena tren migas cenderung menurun. Jadi kami akan mengakuisisi hulu," ujar dia.
(Baca: Pembentukan Lima Subholding Pertamina Menuai Pro dan Kontra)