Empat Bandar Kripto Bangkrut Tahun Ini, IMF Ramal Nasib Lebih Buruk
Setidaknya ada empat pengembang dan hedge fund kripto yang bangkrut tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi ada lebih banyak proyek cryptocurrency gagal ke depan.
Direktur Pasar Moneter dan Modal IMF Tobias Adrian jenis kripto yang paling berpotensi gagal yakni stablecoin. Stablecoin adalah jenis cryptocurrency yang dibuat untuk menawarkan harga stabil dan didukung oleh aset cadangan, menurut Investopedia.
Stablecoin dibuat untuk menjembatani dua jenis aset, yakni kripto yang menawarkan privasi, keamanan, dan pemrosesan transaksi cepat dengan harga yang cenderung stabil seperti uang fiat.
Contoh stablecoin yakni TerraUSD yang harganya anjlok hampir 100% tahun ini. Penurunan tajam kripto ini memberi sentimen buruk terhadap industri.
Anjloknya Terra Luna, kripto yang mendukung TerraUSD, memberi efek knock-on bagi bandar kripto. Setidaknya ada empat perusahaan yang bangkrut tahun ini, yaitu Celsius Network, Three Arrows Capital atau 3AC, Compass Mining, dan Voyager Digital Ltd.
Tobias Adrian memprediksi ada lebih banyak proyek kripto yang bangkrut, terutama di tengah ancaman resesi. “Jika resesi terjadi, cryptocurrency dan aset berisiko lainnya akan berada di bawah tekanan jual lebih lanjut,” demikian kata dia dikutip dari CryptoSlate, Jumat (29/7).
“Mungkin ada kegagalan lebih lanjut dari beberapa penawaran koin, khususnya stablecoin algoritmik yang paling terpukul, dan ada yang lain yang bisa gagal,” tambah dia.
Secara khusus, menurutnya stablecoin Tether rentan. “Sebab mereka tidak didukung satu banding satu (dengan dolar AS),” kata dia.
“(Beberapa stablecoin yang didukung fiat) didukung oleh aset yang agak berisiko. Tentu saja merupakan kerentanan bahwa beberapa stablecoin tidak sepenuhnya didukung oleh aset seperti uang tunai,” tambah dia.
Jaksa Agung New York meminta Tether menyerahkan laporan triwulanan tentang kepemilikan cadangan pada Februari 2021. Laporan selanjutnya menunjukkan bahwa cadangan terdiri dari aset tidak likuid yang signifikan, seperti surat berharga.
(BACA JUGA: 'Musim Dingin' Kripto Tahun Ini Beda dengan 2017, Lebih Berbahaya?)
Hal itu menimbulkan keraguan atas kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya.
Sejak saat itu, Tether mengurangi kepemilikan obligasi dari US$ 5 miliar menjadi US$ 3,5 miliar.
Harga Tether juga turun secara signifikan di bawah harga US$ 1 sejak harga TerraUSD anjlok. Pada saat itu, CTO Bitfinex Paolo Ardoino mengatakan bahwa penurunan ini tidak berpengaruh, karena investor selalu dapat menebus langsung dari perusahaan dengan nilai nominal.