Bisnis Ponsel Huawei Babak Belur Setelah Dua Tahun Kena Sanksi AS

Desy Setyowati
29 Januari 2021, 14:25
Dua Tahun Setelah Disanksi oleh AS, Bisnis Ponsel Huawei Babak Belur
123rf/ moovstock
Ilustrasi Huawei

Sumber mengatakan bahwa Huawei menjajaki kemungkinan menjual kedua merek tersebut secara internal, sejak September 2020 lalu. Jika ini benar-benar dilakukan, maka perusahaan bakal keluar dari bisnis ponsel premium.  

Namun, Huawei belum membuat keputusan akhir mengenai hal itu. “Pembicaraan itu mungkin tidak berhasil,” demikian kata sumber.

Hal itu karena perusahaan mencoba untuk memproduksi cip dan prosesor andalannya, Kirin, yang sempat disetop sejak Septembr lalu. Berdasarkan data IDC, pengiriman ponsel Mate dan P Series bernilai US$ 39,7 miliar antara kuartal III 2019 dan kuartal III 2020.

Akan tetapi, Huawei membantah rumor akan menjual merek P dan Mate. “Kami tidak mempunyai rencana seperti itu,” kata juru bicara Huawei.

Jika keluar dari bisnis ponsel premium, Huawei berpotensi kehilangan pasar menengah atas di Tiongkok. Pada akhir tahun lalu saja, Apple masuk ke segmen ini lewat iPhone 12, dan berhasil menduduki posisi pertama pengiriman gadget terbanyak.

Upaya Huawei Bertahan di Bisnis Ponsel

Di satu sisi, Huawei melakukan berbagai cara untuk bertahan di bisnis ponsel. Raksasa teknologi Tiongkok meluncurkan sistem operasi atau operating system (OS) pesaing AndroidHarmony OS 2.0 versi beta pada bulan lalu (16/12).

Itu dilakukan karena gawai Huawei tak lagi didukung oleh Android milik Google, karena sanksi AS. Perusahaan juga membangun toko aplikasi sendiri yang disebut AppGalery sejak 2011, yang menjadi pesaing Google Play Store dan AppStore.

Harmony OS bersifat open source
Harmony OS bersifat open source (Huawei Central)

Lalu, mengembangkan platform ekosistem Huawei Mobile Services (HMS) sebagai pesaing Google Mobile Services (GMS). Kemudian, meluncurkan aplikasi sendiri seperti Huawei Video dan Huawei Music.

Namun, lembaga riset TrendForce memperkirakan bahwa pangsa pasar akan terus melorot pada tahun ini. Mereka memprediksi produksi gawai Huawei turun dari 170 juta pada 2020 menjadi 45 juta tahun ini. 

Penurunan produksi itu karena Huawei kesulitan mendapatkan bahan baku, salah satunya cip.

Sedangkan Huawei mengatakan, perusahaan selalu berkomitmen pada inovasi dan berfokus menciptakan nilai lebih bagi konsumen. Ini menanggapi peringkatnya yang turun ke posisi enam pada kuartal IV 2020.

“Selama setahun terakhir, bisnis smartphone kami berkembang pesat. Tablet, PC, dan perangkat lain juga tumbuh signifikan. Kami tetap yakin akan masa depan,” kata Huawei dalam pernyataan resmi, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (28/1).

Huawei Beralih ke Cloud dan AI

Raksasa teknologi itu pun merombak struktur manajemen dan menunjuk kepala bisnis consumer Richard Yu untuk merangkap jabatan. Sumber CNBC Internasional yang mengetahui masalah itu mengatakan, Yu kini memimpin lini bisnis consumer, cloud, dan AI.

Yu ditugaskan untuk memutuskan masa depan bisnis smartphone, sekaligus menjadikan Huawei sebagai raksasa cloud dan AI. "Akan ada sinergi yang lebih besar antara smartphonecloud dan AI," kata sumber dikutip dari CNBC Internasional, Rabu lalu (27/1).

Perusahaan menunjuk Yu karena dianggap berhasil menjadikan Huawei sebagai salah satu vendor smartphone teratas dari segi penjualan secara global. "Ia memiliki rekam jejak yang terbukti di Huawei dari berbagai pos," kata sumber.

Pada akhir tahun lalu, pendiri Huawei Ren Zhengfei mengatakan kepada para staf bahwa cloud akan menjadi prioritas perusahaaan pada 2021. Namun, ini bukan untuk menyaingi Alibaba, Microsoft maupun Amazon. Sebab, pangsa pasar perusahaan di lini bisnis masih kecil.

Ren mengatakan, Huawei perlu mengurangi medan pertempuran dengan perusahaan yang sudah mapan di bisnis cloud seperti Alibaba dan Amazon. "Tidak mungkin bagi kami mengikuti jalur yang sama seperti keduanya. Mereka memiliki akses atas uang tak terbatas di pasar saham AS," kata dia dikutip dari South China Morning Post, empat pekan lalu (3/1).

Sedangkan untuk lini bisnis AI, Huawei telah mengembangkan teknologi identifikasi wajah. Pengembangan mengacu pada keperluan umum berdasarkan standar industri. 

Ren mengatakan, Huawei berfokus pada cloud dan AI untuk mengurangi tekanan sanksi AS. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...