Gurihnya Bisnis Cloud Kitchen di Indonesia yang Dibidik SoftBank

Desy Setyowati
28 September 2020, 16:40
Gurihnya Bisnis Cloud Kitchen yang Dibidik SoftBank, Gojek, Grab
shutterstock
Ilustrasi, platform pesan-antar makanan

Regional Head of GrabFood Kell Jay Lim juga sempat mengatakan, nilai penjualan bruto (gross merchandise value/GMV) bisnis pesan-antar makanan di perusahaannya tumbuh 900% secara tahunan (year on year/yoy) per Juni 2019. Sedangkan volume pengiriman tumbuh tujuh kali lipat.

Secara keseluruhan, GrabFood menyumbang sekitar 20% terhadap total GMV Grab tahun lalu. Kontribusinya naik signifikan dibanding periode sama pada 2018, yang hanya di bawah 5%.

Grab mengambil komisi 30-35% dari pelanggan individu untuk pesan-antar makanan. Nilainya lebih tinggi ketimbang pemesanan transportasi yang hanya 20%.

“Layanan pesan-antar makanan membantu mempercepat langkah Grab menuju profitabilitas,” demikian kata Lim dikutip dari Asia Nikkei Review, Februari lalu (25/2).

Khusus untuk GrabKitchen, kajian perusahaan pada tahun lalu menunjukkan bahwa layanan ini mengurangi waktu tunggu pelanggan. Mitra pengemudi juga menerima 40% lebih banyak penghasilan dari pesanan GrabFood.

Cloud Kitchen dapat menekan biaya operasional, karena sebagian besar dari kegiatan cloud kitchen merupakan layanan delivery-only. Maka, mereka tidak perlu mengeluarkan investasi besar untuk biaya sewa tempat,” kata Head of Marketing GrabFood Grab Indonesia Hadi Surya dikutip dari siaran pers, Juni lalu (12/6).

Dari sisi pembeli, layanan pesan-antar makanan juga semakin diminati saat pandemi corona. Hal ini sebagaimana Databoks di bawah ini:

“Konsumen saat lebih ini sering membeli makanan secara online. Ini artinya bisnis kuliner harus terus mempercepat digitalisasi dan memperkuat visibilitas mereka secara online,” kata Regional Head of GrabKitchen Sai Alluri dikutip dari siaran pers, beberapa waktu lalu (11/9).

Salah satu pengguna GrabKitchen yakni Dailybox. Pemiliknya yakni Kelvin Subowo menilai layanan ini menghemat biaya operasional bisnis, karena hanya menggunakan sedikit ruang dan staf.

Hal senada disampaikan oleh pemilik Amarly Food, Sumardi. “Kami bergabung sejak awal. GrabKitchen meningkatkan visibilitas sehingga penjualan bertambah dan memberikan wawasan terbaru mengenai tren makanan dan teknologi terkini,” ujar dia.

Potensi pasar layanan pesan-antar makanan juga terungkap dalam laporan Google, Temasek dan Bain. Mereka memperkirakan, transaksinya US$ 5,2 miliar pada tahun lalu dan US$ 20 miliar pada 2025.

Berdasarkan data Research and Markets, nilai bisnis layanan pesan-antar makanan secara global mencapai US$ 84,6 miliar sepanjang tahun lalu. Jumlah ini diprediksi naik menjadi US$ 164,5 miliar pada 2024.

Di Asia, data Statista menunjukkan pendapatan industri ini mencapai US$ 58,4 juta sejak awal tahun ini. Pertumbuhan rerata per tahun pendapatannya diproyeksi 10,5% sepanjang 2019-2023.

Sedangkan riset Allied Market research, pertumbuhan rerata tahunan pasar cloud kitchen di Asia Pasifik diperkirakan 14,4% sepanjang 2021-2027.

Sedangkan riset dari McKinsey pada tahun ini, penggunaan jasa pesan-antar makanan meningkat 34% selama pandemi virus corona. Sebanyak 42% konsumen di Indonesia memprioritaskan kebersihan kemasan saat membeli produk.

Dengan pertimbangan model bisnis dan besarnya pasar, bank investasi asal Tiongkok, China Renaissance menilai layanan pesan-antar makanan dan pembayaran bisa membuat Gojek dan Grab untung.

“Ketika keduanya menyatakan kepada publik bahwa pesan-antar makanan adalah kunci profitabilitas mereka, kami percaya e-wallet dapat menjadi aspek paling penting dalam mencapai keuntungan,” demikian kata China Renaissance dalam laporannya, dikutip dari Tech In Asia, akhir pekan lalu (31/7).

Kepala Ekuitas untuk ASEAN di China Renaissance Wee Leong Gan percaya, bahwa layanan berbagi tumpangan tetap menjadi pilar inti untuk Gojek dan Grab. Layanan ini merupakan infrastruktur dasar untuk bisnis lainnya di platform.

“Permintaan pesan-antar makanan yang luar biasa selama pandemi Covid-19 harus dipenuhi oleh mitra pengemudi. Sebaliknya, akan membutuhkan waktu (bagi pemain lain) untuk membangun," kata Gan kepada Tech in Asia.

Ia mencatat, layanan pesan-antar makanan melonjak lima kali lipat selama pandemi corona. Permintaan produk di restoran pun mencapai 65-75% dari kondisi sebelum pandemi.

Pendiri Ripsey, perusahaan teknologi yang berfokus menyediakan makanan sehat berbasis di India, Silky Singh sepakat bahwa bisnis cloud kitchen menguntungkan. Ini karena perusahaan dapat menjangkau lebih banyak pelanggan tanpa menyewa tempat yang besar.

Selain itu, pengelola seperti Gojek, Grab, Yummy Corp dapat mengikuti preferensi konsumen sekitar dengan cepat. Begitu minat pelanggan berubah, ketiganya dapat memberikan insight kepada merchant.

Namun tantangannya yakni mitra skala besar yang sudah dikenal, dapat mengeksploitasi pasar yang dijangkau cloud kitchen. “Peringkat memainkan peran besar dalam memengaruhi konsumen. Perusahaan yang peringkatnya buruk akan sangat menderita,” demikian dikutip dari FNBNews, akhir tahun lalu.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...