Startup IPO dan Merger Naik saat Ada Ancaman Resesi, Bagaimana di RI?

Desy Setyowati
13 Juli 2022, 13:44
startup, ipo, merger,
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Warga mengamati aplikasi-aplikasi startup yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021).

(BACA JUGA: Startup Cina Dipaksa Masuk 'Daftar IPO Berdarah' saat Marak PHK di RI)

Menurut data Dailysocial, Tiket.com dan Blibli disebut-sebut sudah berstatus unicorn atau startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar. Keduanya juga didukung oleh Grup Djarum.

Kredivo juga menunda IPO. Fintech lending merupakan salah satu startup portofolio Jungle Ventures.

Founding Partner Jungle Ventures Amit Anand menyampaikan, perusahaan memang menyarankan perusahaan rintisan portofolio untuk tidak terburu-buru kembali ke pasar, mengingat volatilitas baru-baru ini dan kendala sisi penawaran.

"Kami melihat sedikit koreksi besar,” kata Anand dikutip dari CNBC Internasional, pada Mei (19/5). “Jika mereka bisa, mereka harus memperhatikan ini sedikit lebih lama sebelum kembali ke pasar sehingga memiliki sedikit lebih banyak prediktabilitas.”

Namun, Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menilai bahwa pendanaan seret dan makro ekonomi yang terguncang memengaruhi rencana IPO startup.

Akan tetapi, menurutnya tidak masalah jika perusahaan rintisan melantai di bursa saham di tengah kondisi sekarang ini. Ia menilai, pelaksanaan IPO tergantung tujuannya.

"Apabila intensinya agar para investor mendapatkan likuiditas, tentu hal ini (IPO) kurang ideal dilakukan, khususnya dalam kondisi makro seperti sekarang," kata Edward kepada Katadata.co.id, Jumat (1/7).

Jika tujuannya benar-benar untuk kemajuan startup, maka IPO tetap menjadi pilihan tepat. Sebab, langkah ini dapat meningkatkan kredibilitas, akses ke modal lebih mudah, perlakuan istimewa dari perbankan hingga kemudahan terkait transparansi.

Tren Startup Merger dan Akuisisi di Indonesia

Merger juga banyak dilakukan oleh startup di sektor teknologi finansial (fintech). "Tren belakangan banyak dilakukan pemain fintech, merger dengan bank digital atau akuisisi. Ini memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak," kata Edward.

Managing Partner East Ventures Roderick Purwana juga mengatakan, merger dan akuisisi menjadi pilihan tepat. "Waktu-waktu bagus untuk akuisisi," katanya pada Mei (17/5).

Sebab, melalui merger dan akuisisi, startup bisa tetap tumbuh lebih cepat dan mencapai target. Perusahaan rintisan kecil yang diakuisisi pun akan mendapatkan untung dari sisi likuiditas. Hal itu berbeda dengan IPO.

"Kalau IPO akan butuh usaha dan sulit. ekspektasi dan daya tarik investor saat ini berubah," katanya.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan, Cahya Puteri Abdi Rabbi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...