Persaingan Tokopedia, Shopee, Lazada saat Era Bakar Uang Berakhir

Lenny Septiani
22 September 2022, 14:04
Lazada, Tokopedia, Shopee, startup, e-commerce, bakar uang
Katadata/Desy Setyowati
Lazada, Tokopedia, Shopee

Perusahaan hasil merger Gojek dengan Tokopedia, GoTo juga menggenjot efisiensi. Presiden GoTo Patrick Cao mengatakan, perseraon menjalankan strategi efisiensi untuk menekan beban pengeluaran. Salah satu caranya menekan biaya distribusi dan promosi.

Selain itu, perusahaan memanfaatkan teknologi yang lebih baik untuk promosi kepada merchant.

"Kami akan terus mengefisienkan pengeluaran, kami akan terus membangun ekosistem yang erat, antara lain penyamaan rewards untuk konsumen," kata Patrick dalam paparan publik perusahaan, pada Juni (10/6).

Tokopedia pun mengenakan biaya jasa aplikasi dan layanan Rp 1.000 per transaksi untuk pembelian barang online per Agustus. Head of External Communications Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya menjelaskan, ini sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pengalaman pengguna.

Biaya jasa aplikasi tidak berlaku untuk transaksi produk keuangan, produk digital, TopAds, zakat dan donasi. Namun biaya ini tetap dikenakan untuk transaksi pembulatan emas, donasi atau pulsa yang disertakan dalam pembelian produk fisik.

Kemudian, biaya layanan dikenakan untuk setiap transaksi yang menggunakan metode pembayaran KlikBCA, BCA Klikpay, BRImo, CIMB Clicks, Jenius Pay, JakOne, LinkAja, Direct Debit BRI, OneKlik, Direct Debit Mandiri, dan OCTO Cash by CIMB Niaga.

Sedangkan Lazada memperkuat ekosistem dengan menyuntik modal startup fintech pembayaran DANA.

Selain itu, CEO Lazada Group James Dong menilai, e-commerce berkembang sangat cepat saat pandemi corona. “Kami menilainya, sedikit terlalu cepat,” kata James dalam diskusi terbatas di Lazada One, Singapura, tiga pekan lalu (1/9).

Menurutnya, hal itu terjadi karena konsumen beralih ke metode berbelanja digital selama pandemi corona. Setelah kasus Covid-19 menurun pun minat berbelanja di e-commerce tidak surut.

Namun di satu sisi, perusahaan teknologi akan berfokus pada keuntungan atau kerugian (profit and loss) di tengah kondisi makroekonomi saat ini. “Kami melihat kompetisi yang lebih bijaksana mulai saat ini hingga beberapa tahun ke depan karena perubahan makroekonomi,” katanya.

“Jadi, kompetisi tidak akan sehebat sebelumnya,” tambah James.

Lazada pun berfokus menggenjot keuntungan dan volume transaksi di tengah ancaman resesi dan tingginya inflasi. Selain itu, berfokus untuk tumbuh berkelanjutan.

Caranya, dengan mengembangkan bisnis dari sisi teknologi. Misalnya, Lazada menggunakan teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) guna mempercepat pengiriman barang.

Petugas logistik Lazada
Petugas logistik Lazada (Lazada)

Lazada Suntik DANA

Lazada juga menyuntik DANA, yang kini berstatus unicorn. E-commerce Singapura ini pun mengkaji peluang memperluas layanan keuangan setelah investasi ini.

"Tidak hanya pembayaran lewat dompet digital, tetapi juga paylater atau beli sekarang bayar nanti," kata James.

"Bahkan, dalam jangka panjang, layanan keuangan lainnya seperti pinjaman untuk penjual," ujarnya.

Lazada masuk ke ekosistem DANA lewat putaran investasi bersama Sinar Mas. Selain itu, e-commerce ini membeli saham dari Elang Mahkota Teknologi (Emtek).

Emtek melepas kepemilikan saham di DANA kepada Lazadapay Holdings Pte Ltd. Nilai investasi penjualan saham US$ 304,5 juta atau sekitar Rp 4,51 triliun.

Penjualan saham dilakukan oleh Grup Emtek melalui anak usahanya, PT Kreatif Media Karya (KMK) atas saham PT Elang Andalan Nusantara (EAN).

EAN merupakan induk usaha PT Elang Sejahtera Mandiri (ESM) yang merupakan pemegang saham pengendali PT Espay Debit Indonesia Koe (Espay) atau DANA.

DANA pun kini menjadi unicorn. Rinciannya sebagai berikut:

Halaman:
Reporter: Lenny Septiani, Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...