Deretan Konglomerat Rambah Bisnis Pusat Data di Indonesia

Fahmi Ahmad Burhan
14 Juli 2022, 17:06
Pusat data, konglomerat, sinar mas, grup lippo, salim, indosat, telkom, data center
Alibaba
Pusat data atau data center

4. Indosat

PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) bekerja sama dengan BDX Asia Data Center Holdings Pte. Ltd membentuk perusahaan patungan. Usaha patungan atau joint venture yang bergerak di bisnis pengembangan data center ini senilai Rp 3,3 triliun.

5. Lippo Group

Lippo Group melalui PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) berinvestasi di perusahaan pusat data PT Graha Teknologi Nusantara (GTN). Namun, konglomerat ini akan melepas saham di perusahaan pusat data itu tahun ini.

6. Ciputra

PT Ciputra Development Tbk tahun lalu berencana membangun pusat data di kawasan Jabodetabek. Lalu secara bertahap memperluas pasar ke kota-kota besar lain.

Direktur Utama Ciputra Development Candra Ciputra mengatakan, perusahaan merambah pusat data sebelum ada pandemi Covid-19. Namun berlari kencang di bisnis ini setelah ada pandemi.

"Sebenarnya tren pembangunan data center sudah berlangsung sebelum terjadinya pandemi. Tapi dengan adanya pandemi, jelas mempercepat," kata Candra dalam paparan publik secara virtual, tahun lalu (10/9/2021).

Selain konglomerat, raksasa teknologi global menyasar pasar pusat data di Indonesia. Alibaba sudah membangun dua pusat data di Indonesia.

Begitu juga dengan Google yang meluncurkan region Google Cloud Platform (GCP) di Jakarta, pada Juni 2020. Perusahaan teknologi lainnya Microsoft Corporation pun berencana menanamkan modal US$ 1 miliar atau setara hampir Rp 13,6 triliun untuk membangun pusat data di Indonesia.

Lalu, anak usaha Amazon, yakni Amazon Web Service (AWS) berencana membangun tiga pusat data di Tanah Air.

Tencent juga meluncurkan pusat data atau Internet Data Center (IDC) Tencent Cloud pertama di Indonesia tahun lalu.

Masuknya deretan perusahaan itu ke bisnis pusat data di Indonesia, karena potensinya dinilai besar. AWS menilai bahwa Nusantara merupakan pasar potensial karena ada banyak startup, serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

"Startup dan UMKM di Indonesia semakin banyak. Ini potensial bagi bisnis cloud," kata Head of Solutions Architect, ASEAN AWS Paul Chen dalam AWS Media Briefing ‘Prediksi Cloud dan Inovasi Teknologi Digital 2021’, tahun lalu (1/2/2021).

Ia mengatakan, startup yang terus berinovasi membutuhkan basis data besar. laporan The Future of Fintech in Southeast Asia oleh Dealroom, Finch Capital, dan MDI Ventures pada September 2020 menunjukkan, Indonesia dan Singapura merupakan dua negara yang mempunyai ekosistem startup teknologi paling bernilai di Asia Tenggara. 

Amazon juga memprediksi ada banyak UMKM yang memanfaatkan pusat data. Sebab, pelaku usaha beralih ke digital selama masa pandemi corona.

"Di Indonesia, UMKM menyumbang 99% dari bisnis di beberapa sektor kunci, terutama pariwisata dan ekonomi kreatif," kata Paul. "Penetrasi online di Indonesia juga sudah termasuk yang tertinggi di dunia.”

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...