Ekspansi Industri Manufaktur Diperkirakan Berlanjut hingga Februari

Image title
Oleh Ekarina
6 Januari 2021, 11:51
Industri, Manufaktur, Pengusaha, Kadin, Pandemi, Modal, Makanan, Produksi,PMI Manufaktur, Investasi.
ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Ilustrasi pabrik garmen. Industri manufaktur diprediksi melanjutkan ekspansi produksi hingga Februari mendatang.

Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Desember 2020 kembali berada di level ekspansif di angka 51,3%, tumbuh dibanding bulan sebelumnya 50,6%. Pengusaha memperkirakan, ekspansi industri manufaktur akan terus berlanjut hingga kuartal II terdorong momentum Imlek, puasa dan lebaran.

Wakil ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Shinta W. Kamdani mengatakan peningkatan PMI manufaktur periode Desember disebabkan oleh permintaan pasar domestik jangka pendek. Peningkatan tersebut diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga imlek yang jatuh pada pertengahan Februari 2021. 

"Pasca Imlek kita masih harus lihat lagi apakah akan ada ekspansi kinerja atau tidak, karena tidak ada pendorong permintaan yang cukup besar secara nasional hingga ramadan dan lebaran," kata Shinta kepada Katadata.co.id, Selasa (5/1).

Meski demikian, pasca-Imlek menurutnya bukan berarti tidak ada industri yang ekspansi. Hanya saja, ekspansi industri tidak bisa hanya bergantung pada permintaan pasar domestik dan momentum hari besar.

Oleh sebab itu, untuk mendorong ekspansi manufaktur dan memulihkan perekonomian, diperlukan pendorong dari sisi supply, misalnya dengan perbaikan iklim usaha, inbound investasi, kemudahan kredit usaha dan sebagainya, 

"Selain itu, perlu juga mendorong permintaan eksternal seperti lewat peningkatan permintaan ekspor produk manufaktur nasional. Jika faktor pendukung ini tidak ada dan kita hanya bergantung pada pasar domestik, kemungkinan ekspansi manufaktur akan melambat pada 2021," ujar Shinta.  

Apalagi bila proses pengendalian pandemi dan normalisasi ekonomi berjalan lama atau butuh waktu lebih dari setengah tahun, maka akan semakin sulit mendorong pertumbuhan industri.  

Oleh karena itu, Shinta menilai kepercayaan ekspansi industri manufaktur sangat tergantung pada pemulihan permintaan atau suntikan modal kerja. Tanpa adanya permintaan dan modal yang signifikan, bisa dipastikan industri manufaktur akan terus menunda ekspansi.

"Khususnya untuk industri padat karya yang risiko usahanya di 2021 masih sangat tinggi akibat peningkatan beban usaha, kenaikan upah daerah dan pemotongan besar-besaran budget stimulus fiskal dan non-fiskal bagi korporasi dampak pandemi tahun ini," katanya.

Sedangkan berdasarkan sektor usaha, Shinta melihat sektor usaha yang memiliki kepercayaan terbesar untuk ekspansi justru bukan manufaktur, melainkan sektor jasa. Adapun sektor tersebut, seperti  jasa keuangan,  jasa telekomunikasi, IT & e-commerce, dan jasa kesehatan dengan arah ekspansi ke segmen e-health, e-pharma dan telemedicine. 

PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR
PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.)

 

Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan kenaikan PMI manufaktur Desember 2020 disebabkan oleh tingginya permintaan untuk kebutuhan konsumsi menjelang Natal, Tahun Baru  dan juga momentum Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...