Investasi Energi Bersih Australia ke RI, Seberapa Besar Potensinya?

Image title
Oleh Verda Nano Setiawan - Antara
7 September 2020, 20:18
energi bersih, energi baru terbarukan, energi hijau, pembangkit surya, ebtke
ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Ilustrasi pembangkit listrik panas bumi. Perusahaan asal Australia, Fortescue Metal Group (FMG), berminat mengembangkan industri hulu hingga hilir berbasis energi bersih di Indonesia.

Perkiraan dari Agensi Energi Internasional atau IEA, target itu baru tercapai jika 1.520 giga Watt pembangkit fosil di dunia dihentikan operasional sebelum 2040. Sebanyak 1.285 giga Watt dari angka itu berasal dari pembangkit listrik tenaga uap.

Negara ini telah menetapkan sasaran penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan usahanya sendiri. Lalu, tambahan 12% dengan dukungan internasional pada 2030. Penyediaan energi bersih juga termasuk dalam tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDG Indonesia.

Guna mengantisipasi semakin terbatasnya cadangan energi fosil nasional serta meningkatnya kebutuhan energi masyarakat pemerintah menggalakkan penggunaan energi baru terbarukan. Caranya, dengan penggunaan pembangkit tenaga energi panas bumi, tenaga surya, bioenergi, tenaga air dan tenaga angin. Namun, realisasinya masih minim. Pembangkit berbahan bakar fosil masih mendominasi.

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (2019-2028), pemerintah menargetkan bauran pembangkit listrik EBT sebesar 11,4% pada 2019. Angkanya meningkat menjadi 23,2% pada 2028.

Tidak hanya itu, pemerintah juga melakukan kebijakan penggunaan biofuel, yakni pencampuran bahan bakar mesin diesel dengan minyak sawit untuk mengurangi penggunaan energi fosil. Realisasinya belum menyamai konsumsi bahan bakar minyak.

Australia, yang juga menyepakati Kesepakatan Paris, diprediksi menjadi pemimpin global dalam mitigasi iklim dan ekspor energi nol karbon. Melansir dari The Guardian, pada 2050 negara itu dapat beroperasi penuh dengan listrik terbarukan dan menghasilkan dua kali lipat dari kebutuhannya.

Energi terbarukan akan menghasilkan 200% dari permintaan listrik domestik Austrlia. Di sinilah muncul peluang ekonomi dekarbonisasi dalam beberapa dekade mendatang. Namun, untuk mewujudkannya Negeri Kanguru membutuhkan negara lainnya beralih ke sistem energi nol karbon.

Situs Clean Energy Council Australia menuliskan, kapasitas energi listrik terbarukan di negaranya naik sebesar 2,2 giga Watt di 34 proyek pada 2019. Tenaga surya mencakup lebih dari dua pertiga kapasitas baru tersebut. Kapasitas ekstra ini meningkatkan kontribusi energi hijau terhadap total pembangkit listrik di sana hingga 24%.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...