Demi Proyek Baterai, Luhut dan Erick Akan Terbang ke AS dan Jepang
Meski menggandeng mitra asing, namun pemerintah juga bakal melibatkan BUMN dari hulu hingga hilir. Indonesia Battery Corporation merupakan konsorsium empat perusahaan pelat merah. Keempatnya adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT PLN (Persero), dan PT Pertamina(Persero).
Bisnis baterai itu akan mengembangkan usahanya dari hulu hingga hilir. Mulai dari pengolahan nikel, produksi material prekursor dan katoda, sel dan kemasan baterai, sistem penyimpanan energi (ESS) hingga daur ulangnya.
Tesla Masih Minati Proyek Baterai RI
Sebelumnya, Luhut mengatakan raksasa mobil listrik asal Amerika Serikat, yakni Tesla, memiliki enam sektor usaha yang berpotensi digarap di Tanah Air. Keenam sektor itu adalah mobil listrik, Starlink (satelit akses internet), launching pad (tempat peluncuran satelit), hypersonic flight (pesawat hipersonik), baterai lihtium-ion, dan penstabil energi.
Keinginan produsen mobil listrik itu berinvestasi di Indonesia karena melihat cadangan nikelnya yang besar. Dalam laporan tim EV Battery BUMN, kekayaan alam Indonesia mengandung 21 juta ton cadangan nikel.
Angka tersebut sekaligus menjadi yang terbesar di kancah internasional. Negara ini juga mempunyai sejumlah material baterai lainnya, seperti aluminium, tembaga, dan mangan.
Namun, Luhut tak bisa menjelaskan lebih detail pembicaraan pemerintah dengan Tesla. Sebab, Indonesia telah meneken non-disclosure agreement (NDA) alias perjanjian larangan pengungkapan informasi. "Tapi sampai hari ini kami masih bicara. Jadi, tidak ada sebenarnya soal orang ribut mobil Tesla di India," kata dia.