ESDM: Listrik EBT Makin Kompetitif, Siap Bersaing dengan Energi Fosil
“Sekarang, sudah ada kontrak baru PLTB di Kalimantan Selatan awal tahun 2023 ini, kapasitanya sama kira-kira 75 megawatt (MW). Jika dibandingkan dengan harga 6 - 7 tahun lalu, sekarang angkanya adalah di bawah US$ 6 sen per kWh,” kata Dadan Kusdiana dikutip Senin (18/12).
Dadan juga mengomparasikan harga pembangkit EBT dengan harga pembangkit berbasis energi fosil, seperti batubara (PLTU). Ia bahkan menilai harga energi hijau bahkan lebih murah. Hal ini menunjukkan bahwa pembangkit listrik dari EBT bisa lebih kompetitif.
“Harga listrik PLTS Cirata (US$ 5,8 sen per kWh) itu angkanya di bawah US$ 6 sen per kWh juga. Kalau ingin sederhana hitung saja, misal produksi listrik dari batu bara satu kWh itu perlu sekitar 0,7 sampai 0,8 kilo batu bara. Jadi, komponen bahan bakarnya itu bisa langsung dihitung,” ujarnya.
Menurut Dadan biaya produksi listrik batu bara saat ini semakin mahal dengan harga batu bara acuan berkisar antara US$ 125-130 per ton. Sehingga harga listrik dari EBT sudah dapat bersaing dengan harga listrik berbasis fosil.
“Apakah EBT ini kompetitif? Sekarang sudah tendensinya ke situ. Dengan HBA saat ini sekitar US$ 130 per ton ini sudah bersaing. EBT sekarang sudah masuk skala keekonomian. Sudah bisa head to head dengan fosil. Jadi sekarang tidak ada alasan lagi untuk tidak memakai EBT,” kata Dadan.