Hasil Sidang MK hingga Dana Asing Membayangi Arah IHSG Pekan Ini
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan lalu tercatat berada di zona hijau dengan menguat 1,04% ke level 6.315,4 dari 6.250,2 pada penutupan akhir pekan sebelumnya. Namun, pekan ini IHSG diprediksi bergerak variatif dengan potensi melemah karena profit taking dan beberapa kondisi, baik dalam negeri maupun global.
Sebut saja siang nanti, Badan Pusat Statistik (BPS) yang bakal mengumumkan data perkembangan ekspor dan impor Indonesia Mei 2019, termasuk neraca dagang. Hal ini merupakan poin penting karena menjadi perhatian pasar setelah Indonesia mendapatkan kenaikan peringkat utang oleh lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) dari BBB- menjadi BBB dengan prospek stabil.
Menurut Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, bila ternyata hasil perkembangan ekspor-impor Indonesia Mei lalu kurang baik, pasar akan merespons dengan penurunan. "Atau bisa juga menjadi alasan bagi para pelaku pasar dan investor untuk melakukan profit taking," katanya pada Minggu (23/6).
Masih dari dalam negeri, pengumuman hasil sengketa Pemilu Presiden yang rencananya paling lama diumumkan pada Jumat 28 Juni mendatang oleh Mahkamah Konstitusi (MK) juga bakal berpengaruh. Sejauh ini, proses persidangan berjalan dengan baik dan Nico berharap keputusan MK dapat diterima oleh semua pihak.
Pasalnya, kalau yang terjadi sebaliknya, hal ini akan memicu ketidakstabilan politik dalam negeri yang kedua kalinya setelah kerusuhan usai pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Hal ini yang menjadi perhatian secara domestik bagi para pelaku pasar dan investor pekan ini," katanya.
(Baca: Sidang MK Berjalan Lancar, Rupiah Menguat ke Rp 14.095 per dolar AS)
Beranjak ke sentimen global pekan ini yang diprediksi bisa mempengaruhi laju indeks dalam negeri seperti rencana pertemuan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok di Osaka, Jepang pada tanggal 28 - 29 Juni mendatang. Tentu apabila hal ini berlangsung dengan sangat baik, hal ini akan menjadi sentimen positif bagi pasar global.
Tidak hanya itu, rencana Amerika Serikat untuk mengeluarkan sanksi kepada Iran atas serangan yang terjadi pada Senin (17/6) pekan lalu, tentu bisa membuat perhatian pelaku pasar dan dunia tertuju kepada sanksi tersebut. "Konflik kedua negara, mendorong harga minyak mengalami kenaikkan," katanya.
(Baca: Didorong Optimisme Perundingan Dagang AS-Tiongkok, Bursa Asia Melonjak)
Untuk itu, berdasarkan kondisi yang sudah Nico jabarkan, dia memperkirakan IHSG bergerak bervariatif pada pekan ini dengan potensi profit taking dan melemah di tengah situasi dan kondisi yang terjadi. Perkiraannya, IHSG sepanjang pekan bakal bergerak di level 6.260 hingga 6.335.
Analis Indosurya Sekuritas, William Surya Wijaya memperkirakan, perdagangan pasar modal hari ini berpotensi untuk melaju di zona hijau dengan perkiraan level bergerak di antara 6.257 hingga 6.488. William menilai, pola pergerakan IHSG saat ini masih terlihat berada dalam fase konsolidasi wajar. "Sedangkan peluang kenaikan IHSG hingga saat ini, masih cukup besar," ujarnya.
Keyakinan menguatnya IHSG pada hari ini, mengingat arus masuk sejak awal tahun ini masih mengalir ke dalam pasar modal dalam negeri cukup siginifikan. Hal tersebut terlihat dari catatan aksi beli bersih investor asing sejak awal tahun hingga pekan lalu sebesar Rp 56,01 triliun.
Selain itu, menurut dia, stabilnya fundamental perekonomian dalam negeri, turut menimbulkan daya tarik bagi investor, baik dalam negeri mau pun luar negeri untuk dapat terus berinvestasi ke dalam pasar modal Indonesia.
(Baca: Ikuti Jejak Bursa Asia, IHSG Akhir Pekan Bergerak ke Zona Merah)