IHSG Hari Ini Diramal Tertekan Jelang Pertemuan Bank Sentral AS
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diramal tertekan hari ini (3/11). Analis menyampaikan, investor menunggu dan melihat (wait and see) hasil dari pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Pada perdagangan kemarin (2/11), IHSG ditutup anjlok 0,91% menjadi 6.493. Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan memperkirakan, indeks kembali melemah hari ini.
Ia memprediksi, IHSG hari ini bergerak di area support 6.457 - 6.422 dan resistance 6.608 - 6.550. Ini karena investor cenderung konservatif menunggu kebijakan pejabat tinggi The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC).
"Di sisi lain, pergerakan (IHSG) masih ditopang rilis kinerja emiten triwulan III," ujar Dennies dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (3/11).
Support merupakan area harga saham tertentu yang diyakini sebagai titik terendah pada satu waktu. Ketika menyentuh level ini, harga biasanya kembali naik karena peningkatan pembelian.
Namun jika tembus area support, maka harga akan terus turun untuk menemukan titik baru.
Sedangkan resistance adalah tingkat harga saham tertentu yang dinilai sebagai titik tertinggi. Setelah saham menyentuh level ini, biasanya ada aksi jual cukup besar sehingga laju kenaikan terhambat.
Meski memperkirakan IHSG melemah hari ini, Dennies merekomendasikan beberapa saham. Ia menyarankan Bumi Serpong Damai (BSDE) untuk beli.
Sedangkan saham PP London Sumatra Indonesia (LSIP) direkomendasikan beli, namun bersifat spekulatif. Lalu BFI Finance (BFIN) dan Semen Indonesia (SMGR) disarankan untuk jual.
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova sepakat bahwa IHSG masih melanjutkan koreksi hari ini. "Oleh karena itu, IHSG berpeluang besar mencapai target koreksi ideal di 6.457," katanya.
Berdasarkan hasil analisis, level support IHSG hari ini berada di level 6.457, 6.423, dan 6.386. Sedangkan area resistance indeks di 6.554, 6.619, dan 6.692.
Ia juga merekomendasikan sejumlah saham yang dapat menjadi pertimbangan investor, di antaranya Adaro Energy (ADRO), Aneka Tambang (ANTM), Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP).