Tugas Berat Dirkeu Baru Garuda: Negosiasi Kewajiban Tuntas Tahun Ini

Image title
20 November 2020, 16:23
garuda, pesawat, sewa pesawat, utang bumn, utang garuda, liabilitas garuda, utang garuda, perombakan direksi garuda, direksi garuda, direktur garuda, pandemi covid-19, direksi garuda dicopot, pergantian direksi garuda, direktur keuangan garuda diganti
ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww.
Pilot berada di ruang kemudi pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-900neo bercorak khusus yang menampilkan visual masker pada bagian moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (1/10/2020). Pemberian gambar masker pada pesawat merupakan dukungan Garuda Indonesia terhadap program edukasi pemerintah melalui kampanye 'Ayo Pakai Masker'.

Prasetio memang tidak asing dengan dunia perbankan karena pernah menjabat sebagai Direktur PT Bank Danamon Indonesia Tbk pada periode 2002-2004. Latar belakang di bidang hukum, didapatkan Prasetio dengan gelar Doktor Ilmu Hukum di Universitas Gadjah Mada pada 2013.

Pengalaman kerja lainnya, Prasetio pernah menjabat sebagai Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) periode 2012-2017. Ia pun pernah menjabat sebagai Direktur PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk pada 2007-2012 dan Direktur Keuangan PT Merpati Nusantara Airlines pada 2004-2005.

"Dengan network yang luas, tentu saja kami berharap dengan pergantian direksi ini, bisa meneruskan apa yang sudah baik dikerjakan oleh Pak Fuad," kata Irfan.

Pandemi Covid-19 membuat kinerja Garuda Indonesia makin terpuruk. Maskapai penerbangan milik pemerintah tersebut harus menanggung kerugian senilai US$ 1,07 miliar atau setara Rp 15,34 triliun hingga triwulan ketiga 2020 (asumsi kurs: Rp 14.280 per dolar).

Berdasarkan laporan keuangan Garuda yang dirilis melalui keterbukaan informasi, Kamis (5/11), kinerja kuartal ketiga 2020 berbanding terbalik dengan raihan profit periode yang sama tahun lalu. Garuda mampu meraih laba bersih US$ 122,42 juta atau Rp 1,74 triliun pada triwulan ketiga 2019.

Penurunan kinerja tersebut disebabkan pendapatan usaha Garuda yang anjlok. Hingga akhir September 2020, Garuda hanya mampu mengantongi pendapatan senilai US$ 1,13 miliar, turun hingga 67,85% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu senilai US$ 3,54 miliar.

Tak hanya profitabilitas yang buruk, total liabilitas Garuda per akhir September 2020 pun mengalami kenaikan menjadi US$ 10,36 miliar, dibandingkan US$ 3,73 miliar pada akhir Desember 2019. Kenaikan paling besar terjadi pada liabilitas jangka panjang, dari US$ 477,21 juta menjadi US$ 5,66 miliar. Sementara, total liabilitas jangka pendek naik dari US$ 3,25 miliar menjadi US$ 4,69 miliar.

Dari sisi aset, Garuda mencatatkan total aset senilai US$ 9,9 miliar per akhir September 2020, angkanya naik dari akhir Desember 2019 yang senilai US$ 4,45 miliar. Kenaikan ini berasal dari total aset tidak lancar yang senilai US$ 9,19 miliar, naik dari US$ 3,32 miliar. Padahal, aset lancar garuda tergerus menjadi US$ 714,33 juta dari US$ 1,13 miliar.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...