Kemunculan Raksasa Baru Bank Syariah di Tengah Berbagai Tantangan

Image title
4 Februari 2021, 13:02
bank syariah indonesia, bri syariah, bris, saham, saham bris, bumn, syariah, keuangan syariah, ojk, bursa efek indonesia, perbankan, perbankan syariah, literasi keuangan
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Pegawai berjalan di Bank Syariah Indonesia (BSI) usai diresmikan di Jakarta, Senin (1/2/2021). Presiden Joko Widodo meresmikan BSI yang menandai telah tuntas dan rampungnya proses merger tiga bank syariah milik Himbara yakni PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, efek penggabungan tiga bank tersebut terhadap saham sangat positif. Hal itu terlihat dari harga saham BSI dengan kode BRIS yang naik hingga 5 kali lipas sejak pencatatan perdana saham alias initial public offering (IPO).

BRI Syariah sebagai entitas penerima merger, mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak 9 Mei 2018 silam. Saat itu, harga saham BRI Syariah senilai Rp 510 per saham. Sejak saat itu, harganya meroket hingga 439% menjadi Rp 2.750 pada Rabu (3/2).

"Selain itu market cap saat IPO hanya Rp 4,96 triliun. Per 3 Februari 2021, tentunya dengan tambahan saham dari 2 bank yang lain, market cap BSI naik puluhan kali lipat mencapai Rp 112,8 triliun," kata Hery.

Melihat kinerja saham yang positif di tengah pandemi Covid-19, Hery berharap BRIS dapat menjadi primadona di Bursa serta dapat masuk ke indeks IDX BUMN 20. "Kami berharap kinerja ini semakin mendorong dan menginspirasi sektor keuangan dan perusahaan keuangan syariah untuk melantai di Bursa," katanya.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi mengatakan, saat ini saham BSI masuk ke dalam 10 saham syariah dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di antara saham syariah yang tercatat di Bursa. Saham BSI dinilai menjadi pilihan investasi yang sangat menarik bagi investor.

"Kehadiran BSI memberikan harapan yang besar dalam mendorong kemajuan dan keuangan syariah nasional. Termasuk penguatan aset dan kapitalisasi dalam industri pasar modal syariah Indonesia," kata Inarno.

Selama 5 tahun terakhir, pasar modal syariah Indonesia mengalami pertumbuhan. Jumlah saham syariah meningkat sebesar 33%, dari 318 saham di akhir 2015 menjadi 426 saham syariah per 22 Januari 2021. Jumlah tersebut, hampir mencapai 60% dari total emiten yang ada di Bursa saat ini yang berjumlah 727 emiten.

Dalam 5 tahun terakhir, investor saham syariah tercatat meningkat 1.650%, dimana per Desember 2020 investor saham syariah mencapai 85 ribu investor. Jumlah tersebut sekitar 5,5% dari total investor saham Indonesia. "Artinya, ruang untuk growth itu masih besar sekali untuk investor saham syariah," kata Inarno.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...