Jelang Ramadan, Daya Beli Masyarakat Masih Rendah

Desy Setyowati
19 Mei 2016, 14:06
Perdagangan Elektronik
Arief Kamaludin|KATADATA

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan, berbagai data tersebut memang menunjukkan daya beli masyarakat masih lesu. Dua bulan sebelum Lebaran biasanya penjualan ritel meningkat, tapi yang terjadi saat ini masih melambat. “Ini menunjukan permintaan masih rendah. Padahal ada Ramadan, yang (biasanya) behaviour (konsumsi masyarakat) berubah,” katanya kepada Katadata, Rabu (18/5).

(Baca: Peran Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Semakin Besar)

Tim riset Daewoo Securities Indonesia juga memaparkan indikasi masih lemahnya daya beli masyarakat. Industri makanan dan minuman pada kuartal I-2016 tumbuh 7,55 persen menjadi Rp 400 triliun. Angka pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan kuartal sama 2015 yang sebesar 8,16 persen.

Namun, mereka masih optmistis daya beli masyarakat akan meningkat pada kuartal II ini seiring momen ramadan. “Kami perkirakan pertumbuhan konsumsi mendapatkan momentumnya,” kata tim riset Daewoo, Rabu (18/5).

Optimisme itu didukung pula oleh rencana pemberian gaji ke-13 dan ke-14 bagi pegawai negeri sipil (PNS) sebelum Lebaran pada awal Juli nanti. Jumlah PNS yang mencapai 4,5 juta orang ini diharapkan turut berperan mendongkrak belanja dan konsumsi masyarakat.

(Baca: BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Lebih Tinggi)

Namun, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengingatkan pemerintah agar menjaga kestabilan harga barang-barang. Karena, kenaikan harga bisa mempengaruhi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berbelanja, yang akhirnya berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi kuartal II ini. “Intinya pemerintah harus jaga harga tetap stabil.”

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...