Risiko yang Menghantui Langkah Bank Memangkas Bunga Kredit

Agustiyanti
19 November 2020, 19:49
bunga kredit, bank indonesia, suku bunga, bunga acuan bi, bunga kredit turun, bunga kpr, bunga kredit modal kerja
123RF.com/Sembodo Tioss Halala
Ilustrasi. BI memangkas bunga acuan sebesar 0,25% menjadi 3,75% pada bulan ini.

The Bank of Tokyo Mitshubishi UFJ misalnya, mematok SBDK untuk segmen korporasi sebesar 5,74%, JP Morgan sebesar 5,06%, Bank DBS Indonesia 5,8%, dan Bank Mizuho Indonesia sebesar 5,95%.

Transmisi bunga kredit pada tahun-tahun sebelumnya juga berjalan lambat. Namun, hal tersebut sering kali disebabkan oleh kondisi likuiditas perbankan yang masih ketat. Kondisi ini antara lain terjadi pada 2016.

Darmin Nasution yang pada saat itu menjabat sebagai Menko Perekonomian menilai kondisi likuiditas perbankan yang masih ketat membuat transmisi penurunan bunga acuan BI ke bunga kredit berjalan lambat.  "Penurunan bunga kredit terus dibahas, tetapi likuiditas masih ada pengetatan sehingga memang penurunan bunga kredit masih belum mengimbangi penurunan kebijakan BI," ujar Darmin usai rapat di Kantor BI pada September 2016, seperti dikutip dari Detik.com.

Pemerintah saat itu ingin menurunkan bunga korporasi ke level satu digit agar dunia usaha dapat semakin bersaing dengan negara tetangga. Pada April 2016, BI resmi mengubah suku bunga acuan dari sebelumnya menggunakan rata-rata suku bunga PUAB tenor 12 bulan atau BI rate menjadi tenor satu minggu atau BI 7 days reverse repo rate.

Saat itu, BI 7 days reverse repo rate ditetapkan sebesar 5,5% dan diturunkan bertahap sebesar 50 bps menjadi 5% hingga September 2016. Namun, penurunan bunga acuan BI tak sesuai harapan lantaran rata-rata bunga kredit korporasi masih berada di level dua digit atau di atas 10% hingga 2017, terlihat dari grafik di bawah ini. 

Penurunan Bunga Kredit Pasti Berlanjut

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan  langkah BI memangkas bunga acuan menunjukkan bawah prospek ekonomi masih lemah. Penurunan bunga diharapkan mampu mendorong kredit. Namun, permasalahan saat ini justru ada pada permintaan yang masih lemah.

"Kebijakan moneter itu hanya berfungsi menggiring. Kebijakan fiskal yang sebenarnya lebih mampu menjadi lokomotif, sehingga perlu dioptimalisasi lagi di tahun depan," kata David.

David memperkirakan, tansmisi penurunan bunga kredit masih akan berlanjut hingga tahun depan. Hal ini seiring dengan kondisi ekonomi yang diharapkan membaik sehingga risiko kredit pun dapat menurun.

Kendati demikian, menurut dia, ruang BI untuk kembali memangkas suku bunga acuan ke depan sangat terbatas. "Ruang penurunan sudah sangat terbatas karena inflasi pada tahun depan berpotensi meningkat seiring ekonomi yang mulai pulih," katanya.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan, penurunan bunga BI tidak akan mendorong pertumbuhan kredit dalam jangka pendek. Namun, kebijakan ini akan mengurangi tekanan bagi nasabah UMKM yang ingin mengajukan tambahan pinjaman ke depan dengan bunga kredit yang lebih murah.

"Saya kira penurunan bunga kredit akan terus terjadi dengan kebijakan BI, sehingga dapat mendukung nasabah yang mengalami kesulitan dalam berusaha, terutama juga meringankan pembayaran cicilan mereka," kata Andry.

Meski transmisi kebijakan berjalan lambat, ia memperkirakan tren penurunan bunga kredit akan terus berlanjut. Penurunan bunga kredit terutama berpotensi besar terealisasi pada segmen kredit modal kerja.

"Penurunan bunga mungkin ke kredit yang terkait dengan pemulihan sektor riil, seperti kredit modal kerja," katanya.

Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan pihaknya akan meninjau kembali bunga deposito dan pinjaman seiring dengan penurunan bunga acuan BI.

"Penyesuian bunga kredit akan sejalan dengan biaya dana," kata Lani kepada Katadata.co.id.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...