Rupiah Melemah Rp 14.400 Menanti Pengumuman Pertumbuhan Ekonomi RI

Abdul Azis Said
7 Februari 2022, 09:34
rupiah, dolar, nilai tukar, makro
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Pekerja menunjukkan uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Rabu (5/1/2022).

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,08% ke level Rp 14.392 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah dipengaruhi kenaikan yield US Treasury di samping penantian pasar terhadap data pertumbuhan ekonomi domestik kuartal IV yang akan dirilis siang ini.

Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke Rp 14.400 pada pukul 09.17 WIB. Level ini semakin jauh dari posisi penutupan akhir pekan lalu di level Rp 14.380 per dolar AS.

Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Pelemahan juga dialami yen Jepang 0,04% bersama dolar Hong Kong 0,03%, won Korea Selatan 0,11%, peso Filipina 0,27% dan ringgit Malaysia 0,12%. Sebaliknya, dolar Singapura menguat 0,02% bersama rupee India 0,22%, yuan Cina 0,08% dan baht Thailand 0,29%.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah di rentang Rp 14.400-14.200 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 14.350 per dolar AS. Pergerakan rupiah hari ini menanti laporan pertumbuhan ekonomi domestik kuartal IV yang diperkirakan sebesar 4,9%.

"Pergerakan rupiah hari ini menunggu rilis data pertumbuhan ekonomi siang ini. Kalau di bawah ekspektasi bisa memberikan tekanan tambahan ke rupiah," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (7/2).

Sejumlah ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV tahun lalu bisa mencapai 5% didorong perbaikan konsumsi.  Meski demikian, pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun diperkirakan tidak lebih dari 4%.

Sejumlah perkiraan lembaga keuangan dunia juga sama, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan tahun 2021 hanya tumbuh di 3,3% dan perkiraan Bank Dunia 3,7%. Sementara Kementerian Keuangan optimistis ekonomi RI bisa tumbuh hingga 4%.

Selain itu, pergerakan rupiah juga masih akan dibayangi ekspektasi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika (The Fed). Tekanan ini terlihat dari kenaikan tingkat imbal hasil atau yield US Treasury tenor 10 tahun ke level 1,93% pada akhir pekan lalu, ini merupakan tertinggi sepanjang pandemi Covid-19.

"Kenaikan yield ini bisa mengindikasikan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS meningkat. Ekspektasi ini bisa mendorong penguatan dollar AS," kata Ariston.

Peningkatan  ekspektasi pasar terhadap kenaikan bunga acuan The Fed tampaknya juga dipengaruhi membaiknya situasi ketenagakerjaan Amerika.  Seperti diketahui, The Fed juga memantu perkembangan pasar tenaga kerja di samping inflasi sebagai pertimbangannya memperketat kebijakan moneter.

Data ketenagakerjaan Non-Farm Payrolls menunjukkan adanya penambahan 467 ribu tenaga kerja baru pada bulan lalu. Kenaikan kasus Omicron tampaknya tidak begitu berpengaruh terhadap aktivitas perekrutan tenaga kerja baru. Meski demikian, tingkat pengangguran Amerika naik ke 4% setelah bulan sebelumnya berada di 3,9%.

Di samping itu, tekanan terhadap rupiah juga dipengaruhi kenaikan harya minyak mentah dunia yang mulai mendekati US$ 100 per barel.  "Indonesia bisa mendapatkan dampak negatif dari kenaikan inflasi yang disebabkan kenaikan harga energi. Kenaikan inflasi yang di luar target pemerintah bisa mengganggu pemulihan ekonomi karena menurunkan daya beli masyarakat," kata Ariston.

Adapun bank sentral menargetkan inflasi tahun ini sebesar 2%-4%. Sementara itu, tanda-tanda kenaikan mulai terlihat dengan inflasi di Januari sebesar 2,18% secara tahunan, lebih tinggi dari 1,87% pada bulan Desember.

Di samping mengganggu perekonomian dari sisi inflasi, lonjakan harga minyak mentah juga bisa berdampak ke penurunan surplus neraca perdagangan karena indonesia merupakan net importir minyak mentah. Ariston memprediksi rupiah akan melemah bila neraca perdagangan sampai defisit lagi.

Sementara itu, analis pasar uang Bank Mandiri Rully A Wisnubroto memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.335-14.406 per dolar AS. Pergerakan rupiah dibayangi kenaikan kasus Covid-19.

"Kenaikan kasus Covid-19 di dalam negeri akan mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini," kata Rully kepada Katadata.co.id.

Angka positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, per hari ini, Minggu (6/2), kasus positif infeksi virus corona bertambah 36.057. Ini merupakan rekor tertinggi positif harian sejak 6 Agustus 2021.

Reporter: Abdul Azis Said

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...