Inflasi di Inggris Tembus 10%, Konsumen Rumah Tangga Semakin Tertekan

Aryo Widhy Wicaksono
17 Agustus 2022, 19:32
Toby Melville Matahari terbit di belakang gedung pencakar langit dan kantor-kantor distrik keuangan kota London di London, Britain, Kamis (5/5/2022).
ANTARA FOTO/REUTERS/Toby Melville/hp/cf
Toby Melville Matahari terbit di belakang gedung pencakar langit dan kantor-kantor distrik keuangan kota London di London, Britain, Kamis (5/5/2022).

Namun indikator kabar buruk yang lebih jelas adalah harga barang yang keluar dari gerbang pabrik, mengalami kenaikan lebih dari 17% di tahun ini hingga Juli, tingkat tertinggi dalam 45 tahun terakhir.

Bank of England telah menggali di bawah angka indeks harga konsumen utama untuk melihat ukuran inflasi inti. Di sini mereka pun menemukan kabar buruk. Inflasi tidak termasuk makanan, bahan bakar, alkohol dan tembakau, mencapai 6,2% pada Juli, naik dari 5,8% di Juni.

Tingkat inflasi untuk jasa, yang memberikan petunjuk tentang tekanan harga yang dihasilkan di dalam negeri, dibandingkan dengan kekuatan global adalah 5,7% di Juli dibandingkan dengan 5,2% pada bulan sebelumnya.

Kondisi ini memberikan tekanan yang besar terhadap konsumen di Inggris. Berdasarkan laporan pasar tenaga kerja pada Selasa lalu, menemukan bahwa gaji naik 4,7% antara April dan Juni, seperti dikutip dari CNN.

Hal ini berarti pendapatan masyarakat rata-rata turun 3% selama periode setelah memperhitungkan inflasi. Ini juga menjadi penurunan terbesar dalam upah riil sejak ONS mulai melakukan pencatatan lebih dari 20 tahun lalu.

"Situasinya menyedihkan bagi konsumen Inggris, yang saat ini ditekan dari semua sisi," tulis ekonom senior di Berenberg, Kallum Pickering, dalam sebuah catatan kepada klien, Rabu (17/8).

"Upah tidak naik cukup cepat untuk mengimbangi lonjakan inflasi, tetapi mereka naik terlalu cepat untuk disukai [Bank of England], karena ingin mengembalikan inflasi ke target," tambahnya.

Inflasi diperkirakan akan lebih tinggi lagi menjelang akhir tahun ini, didorong kenaikan lebih lanjut dalam tagihan energi yang diatur pada Oktober nanti. Harga listrik telah naik sebesar 54% dan harga gas sebesar 95,7% dalam 12 bulan terakhir hingga Juli 2022, akibat biaya grosir yang meroket, dan diperburuk dengan adanya invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari.

Pejabat pemerintah Inggris dilaporkan sedang memeriksa opsi untuk memberikan lebih banyak dukungan kepada rumah tangga. Tetapi Liz Truss, pejabat yang digadang-gadang akan menggantikan Boris Johnson sebagai perdana menteri Inggris berikutnya pada awal September ini, belum menetapkan rencana secara rinci selain adanya pemotongan pajak.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...