Masih Tertekan Sentimen Harga BBM, Rupiah Diramal Melemah ke Rp 14.920

Abdul Azis Said
6 September 2022, 10:06
nilai tukar rupiah, dolar as, harga bbm, inflasi
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU
Petugas menghitung uang dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022).

Dari pemantauan data FedWatch tool, hanya 60% pasar yang berekspektasi The Fed akan menaikkan bunga 75 bps pada pertemuan bulan ini. Probabilitasnya turun dari pekan lalu sebesar 71%.

Di sisi lain, beberapa negara maju diperkirakan juga akan memperketat kebijakan moneternya seperti Eropa, Inggris hingga Australia. Hal ini bisa membuat penguatan dolar AS makin berkurang.

Tekanan untuk rupiah juga belum hilang, salah satunya berasal dari ancaman inflasi tinggi ke depan seiring kenaikan harga BBM. Harga BBM jenis Pertalite, Solar dan Pertamax dikerek mulai 3 September. Dalam hitung-hitungan Kementerian Keuangan, kenaikan harga bahan bakar ini bakal mengerek inflasi tahun ini ke level 6,6-6,8%.

"Kalau pemerintah dan Bank Indonesia bisa menjaga inflasi stabil, rupiah bisa menguat lagi, tapi mungkin perlu waktu. Pelaku pasar akan melihat perkembangan ekonomi dari data yang dirilis ke depan dan akan bertindak dengan data tersebut," kata Ariston.

Kekhawatiran soal risiko resesi global juga kembali menguat. Pasar kini mencermati data-data ekonomi negara maju ke depan untuk melihat seberapa besar risiko tekanan ekonomi tersebut. Bila ada indikasi perlambatan, pelaku pasar akan keluar dari aset berisiko termasuk risiko, kemudian beralih ke aset aman dolar AS.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...