Rupiah Tembus Rekor Terkuat dalam Hampir 8 Bulan, Ini Kata BI
"Penguatan mata uang nondolar AS ini banyak di dorong rilis data inflasi konsumen AS yang melambat dan di bawah ekspektasi pasar, sehingga pelaku pasar semakin menguatkan pandangannya bahwa The Fed akan semakin less-hawkish bahkan dimungkin dovish di semester kedua tahun ini," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bi Edi Susianto, Kamis (13/4).
Analis yang juga Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut, rilis notulen rapat The Fed semalam yang meramalkan resesi ringan di akhir tahun juga mendorong ekspektasi pasar bahwa The Fed bisa saja memangkas suku bunga tahun ini. Perkiraan itu lebih awal dari pernyataan pejabat The Fed sebelumnya yang menyebut pemangkasan kemungkinan baru dilakukan tahun depan.
Setelah menikmati berkah sebulan terakhir, Edi menilai peluang penguatan rupiah ke depannya masih terbuka. Meski demikian, pergerakan ke depan masih sangat bersifat data dependent alias dipengaruhi rilis data ekonomi AS untuk menebak sinyal suku bunga The Fed ke depan.
Ia tak menyebut berapa level rata-rata rupiah pada akhir tahun nanti dari prediksi Bank Indonesia. "Kita lebih mengedepankan mekanisme pasar, tidak menargetkan level tetapi lebih kepada menjaga volatilitasnya jangan sampai terlalu ekstrem," ujarnya.