Ketidakpastian Suku Bunga Bank Sentral AS Bisa Picu Pelemahan Rupiah

Ferrika Lukmana Sari
29 Mei 2024, 10:17
rupiah
Fauza Syahputra|Katadata
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Rabu (15/5/2024). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat 0,11% ke level 16.083 pada awal perdagangan Rabu (15/5).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed bisa memicu pelemahan rupiah pada tahun ini, karena pelaku pasar waswas terhadap ketidakpastian arah suku bunga The Fed.

Hal ini tersebut diamini oleh sejumlah analis. Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menilai, sikap pelaku pasar yang meragukan potensi penurunan suku bunga AS yang lebih cepat, masih memicu pelemahan rupiah.

"Kondisi pelemahan rupiah tidak lepas dari kondisi eksternal yaitu kondisi inflasi di AS yang berpengaruh ke kebijakan suku bunga AS dan konflik yang berkepanjangan, menambah ketidakpastian ekonomi," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Selasa (29/5).

Ariston memperkirakan, potensi kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50%, tapi lebih cenderung ke arah penurunan suku bunga karena data manufaktur AS mengalami tren penurunan.

Untuk saat ini, pihaknya masih memantau perkembangan inflasi dan kondisi ketenagakerjaan AS yang hasilnya masih variatif. Harga komoditas dan transportasi yang melonjak karena konflik, masih bisa menaikan inflasi dalam negeri AS.

Sementara itu, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana menilai jika The Fed menurunkan suku bunga, Bank Indonesia (BI) akan mengikuti langkah serupa. "Sepertinya Bank Indonesia bisa menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate antara satu hingga dua kali pada tahun ini," kata Fikri.

Namun potensi penurunan itu, harus mempertimbangkan inflasi Indonesia tetap terjaga di kisaran 2,5%. Sehingga aliran modal asing masuk atau capital inflow bisa lebih kokoh di semester kedua 2024.

Di tengah ketidakpastian suku bunga The, Bank Indonesia dipastikan masih menjaga bauran kebijakan moneter untuk mengantisipasi dampak eksternal. Ariston Tjendra menyoroti sikap pasar yang mewaspadai data defisit transaksi berjalan dan APBN. 

"Artinya Indonesia butuh suplai pembiayaan lebih banyak yang mungkin dalam bentuk dolar AS, ini memberikan tekanan ke pergerakan rupiah dibandingkan dolar AS," kata Fikri.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah Rp 16.160 per dolar AS pada perdagangan Rabu pagi (29/5). Padahal, penutupan Selasa kemarin, rupiah masih bertengger di level Rp Rp 16.090 per dolar AS.

Analis Mata Uang Lukman Leong memperkirakan dolar akan menguat pada hari ini setelah pernyataan hawkish yang menginsyarakatkan kenaikan suku bunga oleh pejabat The Fed Kashkari.

"Kashkari mengatakan, bahwa tidak menutup kemungkinan The Fed untuk menaikkan suku bunga The Fed. Sehingga sentimen ini mendorong pelemahan rupiah di Rp 16.050 - Rp 16.200 per dolar AS," kata dia.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...