Penambangan Bahan Nuklir Diizinkan, Ancaman Besar Paparan Radioaktif

Muhamad Fajar Riyandanu
15 Desember 2022, 19:18
nuklir, radioaktif, penambangan
ANTARA FOTO/REUTERS/Francois Lenoir/File Photo/aww/sad.
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir.

Sejumlah pemerhati lingkungan menyoroti keputusan Presiden Joko Widodo yang merestui penambangan bahan baku nuklir. Kebijakan tersebut dinilai menambah pelik beban kerusakan lingkungan dan keselamatan pekerja serta warga di sekitar tambang karena sifat radioaktif bahan nuklir yang berbahaya.

Adapun ketetapan tersebut mulai berlaku sejak disahkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 52 Tahun 2022 pada Senin (12/12) lalu. Langkah tersebut juga dinilai sebagai sebuah kebijakan yang tak substansial ditengah melimpahnya pasokan sumber daya energi terbarukan di Tanah Air.

Manajer Kampanye Tambang dan Energi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Rere Christanto, mengatakan bahwa kekhawatiran itu berkaca dari problem klasik yang kerap terjadi pada proyek pertambangan batu bara dan mineral di Indonesia.

Dia menyebut, pengawasan pada proyek pertambangan konvensional seperti batu bara dan tambang mineral masih lemah.

"Problem di Indonesia itu terletak pada lemahnya pengawasan pertambangan sehingga sering terjadi kecelakaan atau becana di lokasi pertambangan. Yang batu bara saja sering terjadi, tentu bahan baku nuklir potensinya lebih besar," kata Rere kepada Katadata.co.id, Kamis (15/12).

Dia menjelaskan, pertambangan bahan baku nuklir memiliki potensi ancaman yang lebih spesifik berupa kandungan limbah radioaktif, yang umunya terkandung di tailing atau limbah industri pertambangan. Menurutnya limbah radioaktif dapat manjadi bahan beracun yang tahan dalam waktu lama.

"Selain itu, kemudian ada yang terlepas ke udara kemudian dia tidak terlihat, kalau tailingg kan bisa lihat dari airnya dan berbekas, tapi kalau dia berubah jadi limbah radioaktif yang terlepas ke udara ini jadi tidak terlihat. Bahaya bagi pekerja dan warga sekitar," ujar Rere.

Ancaman Nyata

Bencana dari pelaksanaan tambang bahan baku nuklir pernah terjadi di Arizona, Amerika Serikat (AS). Penduduk asli Amerika, Bangsa Navajo, menjadi korban dampak kecelakaan radioaktif terbesar di Amerika Serikat akibat tumpahan pabrik uranium Church Rock pada 1979.

Kecelakaan itu bermula dari jebolnya kolam tailing yang terletak hulu dari Navajo County dan mengirimkan limbah radioaktif ke Sungai Puerco. Kejadian tersebut melukai penduduk dan membunuh hewan ternak.

Hingga saat ini, sumber air Bangsa Navajo memiliki rata-rata 90 mikrogram uranium per liter, dengan beberapa wilayah mencapai lebih dari 700 mikrogram per liter. Dampak kesehatan dari konsumsi air yang mengandung uranium meliputi kerusakan dan kegagalan ginjal, karena ginjal tidak dapat menyaring uranium dari aliran darah.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...