Potensi Besar Asuransi dan Dana Pensiun Membiayai Net Zero Emission

Heaf of IFG Progress Reza Yamora Siregar
Oleh Reza Yamora Siregar
17 Mei 2022, 07:00
Heaf of IFG Progress Reza Yamora Siregar
Katadata

Di sisi lain, ruang fiskal pemerintah dibatasi oleh rasio pajak yang rendah (kurang dari 10% dari PDB) dan aturan defisit anggaran yang ketat di mana defisit anggaran tahunan tidak boleh lebih dari 3% dari PDB nominal. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas pembiayaan domestik non-fiskal menjadi suatu keharusan untuk memenuhi target investasi tersebut.

Pemerintah Indonesia saat ini sedang menyusun undang-undang baru tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan, yang dikenal sebagai RUU-P2SK. Tujuan utamanya termasuk mereformasi sektor asuransi dan dana pensiun. Potensi kedua sektor ini masih sangat besar, di mana nilai dana pensiun Indonesia masih kurang dari 5 % terhadap PDB nominal pada akhir 2020, jauh lebih kecil dibanding 60 % terhadap PDB untuk Malaysia.

Sementara itu, hanya sekitar 16 % dari total angkatan kerja Indonesia yang memiliki akses ke program dana pensiun. Jumlah ini jauh lebih rendah dari negara tetangga seperti Thailand (28,3 %) dan Malaysia (31,3 %) serta rata-rata ekonomi OECD (50,3 %).

Demikian pula di sektor asuransi, total aset sektor asuransi domestik berjumlah kurang dari 10 % terhadap PDB pada akhir 2020. Masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Malaysia yang bernilai lebih dari 20 % dan hampir 30 % untuk Thailand.

Keseimbangan atas tercapainya target net-zero carbon emission dan pengembangan sektor industri dana pensiun serta asuransi bertumpu pada dua hal:

  1.  Kuantitas dan kualitas atau rating atas obligasi infrastruktur hijau
  2. Tingkat penetrasi atas dana pensiun dan asuransi.

Di antara banyak tantangan yang dihadapi dalam pengembangan dana pensiun dan sektor asuransi, salah satu yang cukup mencolok adalah terbatasnya ketersediaan aset investasi jangka panjang yang berkualitas atau high investment rating di pasar domestik untuk mengelola struktur aset-liabilitas dan eksposur risiko.

Saat ini, kinerja investasi dana pensiun maupun asuransi masih sangat bergantung pada hasil obligasi negara 10 tahun sebagai opsi investasi jangka panjang yang likuid. Struktur jatuh tempo proyek energi bersih yang bersifat jangka panjang (di atas 20 tahun) akan membantu menyediakan alternatif investasi instrumen jangka panjang yang berkualitas.

Pada waktu bersamaan, tersedianya suplai atas instrument obligasi hijau yang berkualitas dalam skala besar tanpa adanya kapasitas yang mumpuni dari sektor industri dana pensiun dan asuransi domestik untuk menyerap instrument tersebut kemungkinan besar akan berujung pada kenaikan pada utang luar negeri (penyerapan instrumen hijau tersebut oleh investor asing).

Singkat kata, keberhasilan Indonesia memenuhi target net-zero carbon emission pada 2060 akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan reformasi di sektor dana pensiun dan asuransi, maupun sebaliknya.

Halaman: