“Anies Paling Minim Risiko Korupsi Dibandingkan Capres Lainnya”

Image title
Oleh Tim Redaksi
30 Januari 2024, 06:15
Saut Situmorang
Ilustrator: Bintan Insani | Katadata
Wakil Ketua KPK 2015 - 2019

Setelah tidak di KPK, selama ini Anda ngapain aja?

Kegiatan saya hanya menginspirasi, seperti orang gila kayak Rocky Gerung, ha ha ha. Masuk kampus keluar kampus, menginspirasi mereka. Saya tidak memaksa mereka harus milih siapa. Saya hanya bilang, kalau masuk bilik suara itu kamu dengan Tuhanmu 

Selain Anda dan Rocky, ada siapa lagi?

Refly Harun, Habil Marati. Habil itu keren. Terus ada beberapa dari PAN itu Prof Anwar. Lalu Sanusi, ada juga Yasin Kara. Beda partai semua itu, bukan partai koalisinya Amin itu. Ini unik. Ini semua pemberontak. Saya bilang, nanti bapak enggak dipecat nih. Ya coba saja, katanya. Kami menghargai tiga partai itu. Mereka membiarkan beda pilihan justru baik sebenarnya. 

Lalu gerakan apa saja untuk mencekoki mahasiswa?

Kami ke kampus dan targetnya memang kampus. Jadi lebih enak debatnya walaupun di beberapa kampus kami diusir, enggak boleh masuk.

Kenapa, tidak ada izin atau karena dianggap punya pilihan politik yang berbeda?

Itu biasanya last minute. Kami selalu masuknya lewat pintu BEM. Mungkin dia izin ke rektornya oke, bilang iya, tapi berapa lama kemudian kampus enggak jadi. Berarti ada seseorang nelepon kan 

Sudah ketahuan siapa yang intervensi?

Pokoknya ada. Salah satu universitas itu bahkan kami sudah mau masuk, tiba-tiba dikunci aulanya. Itu di Surabaya.

Airlangga?

Ya ya, kok malah Anda yang ingat ya.

UGM bagimana?

UGM enggak ditolak. Saya pribadi pernah bicara di FEB Fakultas Ekonomi Bisnis tempat Pak Anies. Mungkin enggak diterima karena ada beberapa kampus bilang, Saut sih boleh, tapi Rocky Gerung enggak boleh.

Kalau Universitas Andalas, Padang malah saya dengar oke?

Keren Andalas. Akhir November 2023 ke sana. Kami hendak kesankan tiga. Kalau saya anti korupsi, Rocky Gerung anti dungu, Refly Harun anti oligarki. Ini tiga bajingan disebutnya, ha ha ha ha.

Anti korupsi oke, anti dungu oke, kalau anti oligarki, hari gini apa iya ada?

J: Berat ya

Ada tamu Om Why yang lain, Hasan Nasbi kebetulan pendukung Prabowo. Dia bilang, kita ini oligarki semua.

Kok keren ini ya, semua diundang.

Semua diundang 

Lama-lama Om Why bisa jadi presiden nih. 

Bagi Om Why, cita-cita yang paling didambakan bisa ngomong sama siapa pun, memberi kesempatan ruang pada siapapun untuk bicara. Hasan Nasbi bilang, oligarki itu kasihan dijelek-jelekin, dianggap kusta, nista, segala macam, tapi dalam hal tertentu dibutuhkan. Buktinya semua pakai private jet, juga capres-capres ini. 

Ya tetap ada yang support 

Punya oligarki 

Makanya, salah satu program Pak Anies di program delapan itu merawat demokrasi, yang kita kenal di KPK politik cerdas berintegritas. Jadi ke depan, kalau pemerintah establish, ya harapannya kalau berkuasa kan 10 tahun, biasanya jarang berkuasa lima tahun.

Politik cerdas berintegritas itu bisa kita benahin. Partai politik jangan mengeluarkan uang seperak pun, negara yang bayarin semua. Uangnya ada. Anda tau, saya bongkar kontainer di Tanjung Priok waktu saya tugas di KPK? Dibilangnya kunci inggris, saya buka kontainer itu isinya kunci inggrisnya cuma satu, isinya 7 BMW 1200 cc sepeda motor. Uang kita itu banyak. 

Itu berarti selundupan?

Selundupan itu kalau keluar besoknya sudah dapat STNK, plat nomor sementara. Jadi kalau saya bilang partai politik akan kehabisan uang, coba bayangkan, kasih katakanlah Rp 50 triliun satu partai politik. Uang yang ditangani Pak Mahfud itu Rp 349 triliun, bukan kecil.

Nah itu salah satu program Pak Anies untuk merawat demokrasi, pertumbuhan demokrasi untuk kemudian partai politik dibiayai dan itu konsep kami di KPK. Konsep waktu saya di sana juga. Kami sudah teliti, sudah keliling dunia di mana negara membelajari partai politik supaya tadi, yang naik pesawat itu ya iya, kan enggak mungkin juga Pak Anies naik bus.

Saya ditanya begitu kampanye, uang pesawat kita sewa dari mana Pak Saut? Banyak uangnya, siapa bilang enggak ada uang. Kemudian enggak ada istilah 10 % orang menguasai sekian uang di dunia. Di Indonesia kan begitu. Jadi, oligarki bisa kita atasi secara bertahap dengan menakdirkan Anies jadi presiden.

Kalau Anda inginnya jadi apa sebenarnya?

“Dunia gelap” enak. Jadi kita bisa ketemu di bawah saja. Podcast mungkin kita lewat jauh, ha ha ha. Tidak, tidak, aku belum terpikir sampai ke sana.

Kalau Anda jadi pejabat publik, pejabat negara yang posisinya untuk menegakkan hukum, why not?

Ya, tapi jangan dulu, belum sampai ke sana. Kita harus proven dulu, buktikan bahwa kita memang meng-create sebuah nilai yang bisa membuat Indonesia lebih bahagia. Itu di program keenam Anies. Misalnya, pajak di-benerin, saya tadi sudah cerita di Tanjung Priok seperti apa. Belum bicara pajak rokok, pajak-pajak yang lain.

Dalam situasi sekarang, Anda belum berkuasa, Anies belum jadi presiden, sudah ada protes-protes apa saja?

Sudah mulai campaign, salah satu di antaranya logika-logika yang enggak masuk di akal soal IKN. Terus soal-soal yang lain-lain, pupuk. Harga yang naik sekarang ini sebenarnya karena bisnis proses yang tidak baik dilakukan oleh kekuatan-kekuatan tertentu. Kami sudah tahu treatment-treatment-nya, soal beras, cabe, pupuk, soal pertanian semua. Karena konflik kepentingan semua.

Itu sudah menjadi sebuah program yang nantinya tidak lagi bicara, tapi sudah melaksanakan 100 hari pertama. Kita harus ubah totally dari seperti yang ada sekarang. Saya kemarin masuk ke kampus, 1.000 orang saya tanya siapa yang bikin SIM enggak menyogok. Paling tunjuk tangan cuma tiga orang. Terus dikritik sama yang sebelahnya, itu yang enggak menyogok karena saudaranya di kantor polisi. Itu contoh sederhana, belum cerita beras, gula, minyak, kelapa sawit. Ini minyak sawit kan ada yang disandera sama salah satu capres.

Lalu, tadi kenapa Anda larinya ke pemerintahan Jokowi? Apa yang salah? Misalnya kemarin ramai-ramai pegakuan Pak Agus Rahardjo. Apa yang terjadi? Ada kontak-kontak antara teman-teman mantan komisioner KPK?

Kami ada grup. Kalau Laode bilang ke saya di WA itu dia menyebut besoknya dia ketemu. Saya enggak tau, mungkin saya salah baca. Tapi yang saya tangkap selesai ketemu hari ini besoknya dia ngomong ke Laode, Pak Agus itu. 

Pak Agus itu ngomong ke saya 2019 pada saat saya mau mengembalikan mandat. Kan Agustus sampai September itu ramai-ramainya Undang-Undang KPK. Kemudian kami mengembalikan mandat itu. Sambil mau turun itulah Pak Agus bilang ke saya. 

Dia bilang apa?

“Pak Saut, yuk turun ke bawah, kita jalan. Saya dimarahin presiden, hentikan, katanya begitu. Saya disuruh hentikan kasus SN.” Karena kasus itu sudah lama, saya enggak nganggap. Dan di bawah massa sudah banyak.

Saya enggak mikirin sampai hari ini. Karena memang kami sudah menyelesaikan kasus itu, sudah vonis. Jadi enggak sampai menjadi pertanyaan saya lebih lanjut, kenapa pergi sendirian (bertemu Presiden). Cuman ada dalam pikiran saya, sudah jelaslah kalau dipanggil sendirian, mosok saya minta ikut atau Pak Agus ngajak orang lain.

Tapi secara etik bagaimana, SOP-nya kalau dipanggil apa boleh?

Minimal itu dua komisioner, etiknya itu. SOP-nya, di di lantai 15 itu ada pegawai mau datang urusan pribadi, umpamanya, dia mau operasi jantung, itu datang ke ruangan kami enggak sendirian, dua-tiga orang supaya enggak ada conflict of interest. Padahal dia mau lapor saja bahwa besok mau operasi jantung.

Apalagi kalau menyangkut tugas. Nah nilai itu ada di kepala kita. Jadi kalau ke mana-mana ya biasanya kita jaga nilai. Kalau dipanggil, selama ini memang berlima.

Dalam hal ini, kenapa sepertinya tiba-tiba buka isu, peristiwa itu dimunculkan kembali?

Aku ditanyain juga. Apakah ada kaitan dengan Pak Agus yang katanya mau maju pemilihan DPD dari Jawa Timur. Kalau itu dari awal, saya dukung dia malah. Because i know him very well. Kan saya kenal. Yang jelas, dari pertemuan Agustus itu enggak ada perubahan apa-apa. Karena sprindiknya sudah keluar. 

Moral ceritanya, apa yang mau disampaikan?

Pasti Pak Agus coincidence tetapi sebenarnya enggak ada yang kebetulan di bumi ini.

Anda bicara bahasa langit ini 

Pak Agus mungkin enggak berencana untuk mengatakan itu. Tapi itu terkatakan juga (saat di acara Rosi-Kompas) 

Anda kontak dia setelah rame-rame ini?

Kontak. “Sorry ya Pak Saut, omongan saya jadi viral.”  Enggak apa-apa Pak. Saya langsung to the point saja. Kapan kita ke Jawa Timur saya mau dukung bapak saya. Itulah kesetiakawanan. Jadi, itu tidak ada yang kebetulan, kemudian Rosi bisa menggali. Menurut saya, apa yang disampaikan Pak Agus itu membuat kita lebih dinamis politik, bukan semata-mata untuk mengenyampingkan Pak Jokowi.

Kita kan menghargai presiden. Tetapi orang bisa aja salah. Saya sedang membayangkan, sebenarnya apa di benak Pak Jokowi kenapa mesti manggil kalau kontennya tetap melarang. Makanya saya katakan, kalau jadi pemimpin kita enggak boleh favoritism. Kan kita sudah punya background yang kemudian ceritanya muncul dari Pak Sudirman Said (waktu itu Menteri ESDM) untuk orang yang sama, yang kasus papa minta saham itu waktu Freeport.

Singapura itu katanya dibangun dengan tiga kata ini. Pertama yang mereka sebut sebagai meritokrasi. Kedua itu pragmatisme, dan yang disebut berikutnya adalah honesty, kejujuran. Lee Kuan Yew memecat orang yang berjuang bersama-sama mendirikan Singapura ketika pulang berwisata dari luar negeri karena dibayar oleh swasta. 

Ini yang kita mau dari presiden mendatang. Walaupun sama-sama berjuang menjadikan Anies jadi presiden, once you korupsi, gua pecat. Kalau enggak, nanti sama, apa bedanya dengan yang lain. Pragmatisme benar, kita enggak mungkin bisa bikin bersih cepat, tapi kejujuran ini mesti dijaga. Dengan ini angka indeks persepsi korupsi itu bisa 80. Integrity dulu.

Tapi kemudian koordinator staf khusus di Istana Presiden, Ari Dwipayana mengatakan bahwa faktanya hukum tetap berjalan. Prosesnya tidak dihambat. Bahkan Pak Setya Novanto dipenjara. Artinya, ngapain ngorek-ngorek hal-hal seperti itu dari sisi kepemimpinan Jokowi?

Kemarin di acara televisi, saya ketemu dengan Fredrich Yunadi, itu loh yang kasus bakpao, bakpaonya Setya Nvanto. Dia kan penasihat hukumnya. Dia kita kenakan penyidikan.

Sekarang sudah bebas, ketemu saya di salah satu TV. Di mata saya, saya lebih menghargai Fredrich Yunadi sebagai lawyer yang pernah menghalangi saya melakukan penyidikan daripada orang yang masih di luaran sana belum bisa saya penjarakan tapi masih korupsi sampai hari ini. Dia sudah melaksanakan kewajibannya.

Untuk memenangkan pilpres kali bagaimana caranya? Sudirman Said bilang kans-nya berat. Termasuk terkait logistik.

Kalau berat ini agar kami latihan. Ini kan seperti olimpiade. Kalau mau medali emas harus latihan, termasuk kami yang terus jalan, ke mahasiswa, meyakinkan mereka.

Jadi logistiknya bagaimana? Juga strategi membangun networking di mana-mana agar elektoralnya betul-betul efektif.  Itu kan perlu logistik.

Mengalokasikan yang paling penting. Kalau punya uang sekian, kita alokasikan dengan tidak strategis, ya rugi. Termasuk sekarang waktu ditanya, Pak Anies kok balihonya paling sedikit. Enggak zaman juga pakai baliho.

Dengan Ketua Timnas Syaugi, apa saja yang sidah dibahas?

Saya ketemu waktu rapat pertama Tim Pakar di Jakarta Selatan. Saya bilang, bos ini kita banyak angin yang mendorong, dapet berkah. Jadi walaupun kita sedikit banner, tapi ketika ada kegiatan-kegiatan, orang datang sendiri. Sehingga mereka bilang, ah jangan milih yang itu, kita milih yang ini saja.

Itu juga karena kan kesalahan-kesalahan di sana yang enggak disengaja seperti orang hamil disuruh minum asam sulfat

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...