Kinerja Adaro 2021 Membara Lewat Lonjakan Harga Batu Bara

Intan Nirmala Sari
15 Desember 2021, 07:00
Kinerja Adaro 2021 Membara Lewat Lonjakan Harga Batu Bara
KATADATA/

Harga batu bara yang membara sukses mendongkrak cuan kinerja keuangan emiten pertambangan tahun ini. Salah satu produsen emas hitam itu yakni PT Adaro Energy Tbk. Perusahaan yang digawangi Garibaldi Thohir itu membukukan laba naik nyaris tiga kali per September 2021.

Lonjakan harga batu bara disambut pemerintah pada November kemarin untuk menaikkan harga batu bara acuan (HBA) ke level US$ 215,01 per ton. Angka tersebut menandai rekor HBA tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Kenaikan ini seiring datangnya musim dingin dan krisis batu bara di Cina yang mempengaruhi harga emas hitam di tingkat global.

Melansir Barchart.com, harga batu bara ICE Newscastle untuk kontrak Februari 2022 pada perdagangan Selasa (14/12) sempat menyentuh level tertinggi US$ 160 per ton. Adapun per 30 November 2021, harganya ditutup pada US$ 152 per ton, sehingga sudah terjadi kenaikan sekitar 5 % sepanjang Desember 2021.

Panasnya harga batu bara ini mendorong laba perusahaan dengan kode saham ADRO tumbuh 285,5 % menjadi US$ 465,2 juta atau setara Rp 6,6 triliun per September 2021. Penopangnya datang dari pendapatan yang naik 31,5 % menjadi US$ 2,6 miliar atau sekitar Rp 37,18 triliun. Itu didukung kenaikan harga jual rata-rata (ASP)  batu bara per September 2021 sebanyak 42 % year on year (yoy).

Mengutip laporan keuangan Adaro, sepanjang periode Januari-September 2021, perusahaan membukukan pendapatan dari dua sumber, yakni penjualan batu bara dan jasa pertambangan. Pada kuartal ketiga 2021, Adaro mencatatkan kontribusi penjualan batu bara 95 % atau sekitar Rp 2,45 miliar terhadap total pendapatan.

Adapun kontribusi bisnis jasa pertambangan serta jasa sewa domestik sekitar 2,5 % dari total pendapatan perusahaan. Sedangkan pemasukan dari pihak berelasi dalam negeri hanya menyumbang 0,8 %.

Sementara penurunan terlihat drastis pada pemasukan dari jasa pertambangan domestik sebesar 29 %. Pada kuartal ketiga 2020, Adaro memperoleh pendapatan dari jasa pertambangan US$ 93,2 juta (Rp 1,337 triliun) dan merosot ke angka US$ 65,8 juta (Rp 945,2 miliar) di tahun berikutnya. Pendapatan dari jasa sewa juga menyusut 29 % menjadi US$ 895 ribu (Rp 12,84 miliar) pada triwulan ketiga 2021 dari tahun sebelumnya US$ 1,17 juta (Rp 16,81 miliar) di periode yang sama.

Kinerja Keuangan PT Adaro Energy Tbk per September 2021 (dalam US$ juta)
Keterangan9M20219M2020YoY (%)
Pendapatan bersih $    2,569.00 $  1,954.0031.47%
Beban pokok pendapatan $  (1,598.00) $(1,492.00)7.10%
Laba periode berjalan $       465.30 $     120.70285.50%
Total Aset $    7,118.00 $  6,471.0010.00%
Total Liabilitas $    2,794.00 $  2,582.008.21%

Peningkatan terbesar pendapatan Adaro diperoleh dari ekspor batu bara yang tumbuh 40,6 % per September 2021, menjadi US$ 1,96 miliar. Sementara itu, pemasukan dari penjualan batu bara domestik pihak ketiga dan berelasi juga mengalami peningkatan sekitar 18,7 % menjadi US$ 509,2 juta dari periode tahun sebelumnya US$ 429 juta dari pen.

Keran Produksi Adaro Seret Akibat Cuaca

Dalam laporan kinerja kuangan kuartal ketiga 2021, manajemen Adaro menyatakan permintaan batu bara masih tinggi selama periode tersebut. Hanya saja, perusahaan harus menghadapi tantangan seretnya suplai untuk memenuhi permintaan yang tinggi. 

Sepanjang periode Januari - September 2021, Adaro mencatatkan penurunan produksi 4 % yoy atau sekitar 40 juta ton. Sementara dalam ketentuan panduan, produksi batu bara 2021 berada di kisaran 52-54 juta ton.

Manajemen Adaro menjelaskan, suplai tambang domestik turun akibat kendali keselamatan yang ketat dan cuaca buruk yang memengaruhi produksi batu bara, serta logistik kereta api di wilayah pesisir Utara dan Timur dari akhir Juli sampai awal Agustus. Akibatnya, tingkat persediaan tambang dan pelabuhan selama kuartal ketiga  2021 tertekan hingga ke rekor terendah dalam empat tahun terakhir.

Selain itu, tingkat persediaan yang kritis memicu Tiongkok untuk mengendalian distribusi listrik pada September. Alhasil, permintaan untuk batu bara termal domestik dan seaborne melonjak dan mendorong lonjakan harga.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...