Memahami Niat Shalat Sunnah Rawatib dan Keutamaannya

Annisa Fianni Sisma
6 April 2023, 12:43
Niat Shalat Sunnah Rawatib
Pexels
Ilustrasi, Shalat Sunnah Rawatib.

Lafal niatnya, Ushallî sunnatal Maghrib rak'ataini qabliyyatan/ba'diyatan lillâhi ta‘âlâ, yang berarti “Saya shalat sunnah qabliyah/ba’diyah Maghrib dua rakaat karena Allah ta’ala”.

5. Niat Shalat Sunnah Rawatib Isya

Shalat sunnah rawatib Isya dilakukan sebanyak dua kali yakni qabliyah dan ba’diyah. Jumlah rekaat keduanya masing-masing adalah dua rakaat.

Pelaksanaan shalat sunnah rawatib ini sesuai dengan pengakuan seorang sahabat yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, yang berbunyi “Saya pernah shalat dua rakaat setelah Isya’ bersama Nabi shalallahu alaihi wasallam”.

Lafal niatnya berbunyi Ushallî sunnatal Isya’ rak‘ataini qabliyyatan/ba’diyatan lillâhi ta‘âlâ, yang artinya “Saya shalat sunnah qabliyah/ba’diyah Isya’ dua rakaat karena Allah ta’ala”.

Fungsi Shalat Sunnah Rawatib

Niat Shalat Sunnah Rawatib
Niat Shalat Sunnah Rawatib (Pexels)
 

Setelah memahami bacaan niat shalat sunnah rawatib, menarik pula membahas fungsi shalat sunnah ini. Shalat ini berpengaruh besar terhadap nasib ukhrawi seseorang antara kesejahteraan atau kesengsaraan.

Tolok ukur Allah SWT menilai hamba-Nya di akhirat adalah melalui shalatnya. Jika shalatnya baik maka akan dilanjut ke penilaian ibadah lainnya. Bahkan jika tidak baik shalatnya, Allah SWT tidak perlu melihat amalan lain untuk memutuskan nasib hamba tersebut.

Berdasarkan hal itu, diketahui shalat adalah ibadah yang paling penting. Shalat sunnah rawatib dapat menjadi penyempurna shalat fardhu. Hal ini selaras dengan hadis Rasulullah SAW, yang berbunyi “Shalat fardhu, zakat, dan kewajiban-kewajiban lain bila masih tidak sempurna, maka dapat disempurnakan dengan yang sunnah”.

Selain itu, Allah SWT juga menyoroti terkait cacatnya atau kurangnya ibadah seseorang. Berikut ini hadist qudsi yang memuat hal tersebut:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الصَّلَاةُ الْمَكْتُوبَةُ، فَإِنْ أَتَمَّهَا، وَإِلَّا قِيلَ: انْظُرُوا هَلْ لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ أُكْمِلَتِ الْفَرِيضَةُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ يُفْعَلُ بِسَائِرِ الْأَعْمَالِ الْمَفْرُوضَةِ مِثْلُ ذَلِكَ

Artinya, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah shalat fardhu. Itu pun jika sang hamba menyempurnakannya. Jika tidak, maka disampaikan, “Lihatlah oleh kalian, apakah hamba itu memiliki amalan (shalat) sunnah?” Jika memiliki amalan shalat sunnah, sempurnakan amalan shalat fardhu dengan amal shalat sunnahnya. Kemudian, perlakukanlah amal-amal fardhu lainnya seperti tadi,” (HR. Ibnu Majah).

Demikian penjelasan niat shalat sunnah rawatib yang menarik dipahami beserta fungsinya. Selanjutnya dapat diketahui nasib seorang hamba bahkan dicari peluangnya agar ia tetap selamat dan bahagia meski ketidaksempurnaan ibadahnya.

 

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...