Genjot Produksi, SKK Migas Targetkan Bor 90 Sumur Baru di Sumbagsel

Katadata
Ilustrasi pengeboran migas.
28/12/2022, 16.34 WIB

SKK Migas terus berupaya meningkatkan capaian produksi minyak terangkut atau lifting minyak dengan memperbanyak kegiatan pengeboran sumur ekplorasi dan eksploitasi di sejumlah wilayah kerja, satu diantaranya yakni di wilayah Sumatra Bagian Selatan (Sumbagsel).

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, berharap kegiatan pengeboran sumur di Wilayah Sumbagsel dapat meningkat 15% pada 2023. Ambisi ini timbul setelah mendapati hasil positif pada proyeksi pengeboran 77 sumur tahun ini, sehingga rencana pengeboram sumur di wilayah ini akan mencapai 90 sumur pada 2023.

Dwi mengatakan, hitung-hitungan tersebut sudah dibicarakan lewat diskusi dengan pimpinan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang beroperasi di wilayah migas Sumbagsel.

"Kegiatan Pemboran eksplorasi dan eksploitasi diharapkan akan meningkat 15% dimana pada tahun ini outlooknya mencapai 77 sumur sedangkan pada tahun depan akan mencapai 90 sumur," kata Dwi dalam siaran pers pada Rabu (28/12).

Peningkatan target pengeboran sumur di wilayah migas Sembagsel dinilai penting karena kegiatan KKKS di area tersebut menyumbang 69 ribu barel minyak per hari (BOPD) atau 7% dari produkis nasional dan 1.827 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk gas atau setara 28% produksi nasional.

“Kontribusi KKKS Sumbagsel terhadap produksi Nasional yang cukup signifikan, yaitu sebesar 69 ribu BOPD atau 7% untuk minyak dan kondensat dan sebesar 1.827 MMSCFD atau 28% untuk gas," ujar Dwi.

Dwi juga mendorong optimasi produksi hingga 150 sampai 180 MMSCFD sesuai kemampuan sub surface pada produksi gas di Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang, termasuk produksi sumur temuan Sungai Rotan-1 dan produksi liquefied petroleum gas (LPG).

Seiring dengan peningkatan permintaan gas dari Singapura dan Jawa Barat, Dwi juga meminta adanya meningkatkan produksi Medco Grissik melalui percepatan komitmen kerja pasti (KKP) terutama sumur eksplorasi di Dayung dan Suban Lower Palembang.

Dwi menambahkan kedua target ini merupakan target yang cukup menantang dan memerlukan langkah-langkah yang tidak biasa untuk mencapainya. Menurutnya, mayoritas KKKS memerlukan dukungan dalam pembebasan lahan yang masih cukup terhambat dan juga perijinan seperti UKL-UPL dan sebagainya.

“Sering kali ada temuan migas, tetapi waktu untuk membuat proyek bisa onstream butuh waktu yang lama. Sesuai arahan Presiden, negara memberikan insentif agar keekonomian lapangan dapat dipastikan," kata Dwi.

Potensi peningkatan produksi lainnya berasal dari percepatan plan of development (POD) Bungkal Bungin Rayun yang dioperasikan oleh Jindi South Jambi B. Selain itu, peningkatan produksi dari KKKS Seleraya Belida adalah upaya mempercepat put on production (PoP) sumur anggur selatan yang ditargetkan di September 2023.

Keberhasilan horizontal well dan multistage fract yang diperolah Medco Rimau akan dilakukan upaya penerapan secara masif di wilayah kerja lain yang memiliki karateristik reservoir yang sama.

Telah dilaksanakannya kegiatan CO2 injection di Petrochina terus dilakukan monitor untuk memperoleh hasil yang optimal. Kemudian diharapkan dapat dilakukan percepatan pengembangan lapangan gas Budi Deep yang dioperasikan oleh KKKS Tately Palmerah.

Dwi menyebut, area Sumbagsel juga sangat diuntungkan dengan kondisi infrastruktur untuk minyak dan gas yang memadai, sehingga KKKS didorong untuk tidak ragu-ragu dalam melakukan kegiatan penemuan dan pengembangan cadangan migas baru.

Dwi juga mendorong agar ada investasi dan pengolahan lebih lanjut dari rich gas atau gas alam basah yang dapat di olah menjadi LPG di PHE Jambi Merang yang memiliki potensi bisa dijadikan LPG hingga 200.000 ton per tahun.

“Jika investasi untuk pengolahan rich gas menjadi LPG direalisasikan tentu akan memberikan penerimaan negara yang lebih optimal, dan membantu Pemerintah mengurangi impor LPG yang telah membebani negara karena volume dan nilai impor yang tinggi," ujar Dwi.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu