Asian Development Bank (ADB) dan pemerintah Inggris Raya telah menandatangani nota kesepakatan untuk pendanaan ASEAN Catalytic Green Finance Facility (ACGF) sebesar US$ 134 juta atau sekitar Rp 2 triliun.
Pendanaan ini dimaksudkan untuk mendukung pembiayaan ramah lingkungan dan transisi ke pembangunan rendah emisi yang tahan iklim di negara-negara ASEAN. Pemerintah Inggris melihat potensi besar di Asia Tenggara dan ingin membantu mewujudkannya.
Inggris memberikan perhatian lebih ke kawasan ini, menginvestasikan lebih banyak sumber daya dalam membangun hubungan dengan negara-negara seperti Indonesia.
Pendanaan ACGF ini akan memanfaatkan dana-dana dari Inggris dan ADB untuk mempercepat jalur proyek infrastruktur rendah karbon dan tahan iklim, serta mengkatalisasi pembiayaan dari sumber modal publik dan swasta. Dana tersebut akan menjadi bagian dari ASEAN Green Recovery Platform yang diluncurkan pada COP26.
“Kita sedang menghadapi krisis iklim dan Asia Tenggara membutuhkan solusi cepat dan inovatif untuk membantu negara-negara meningkatkan pendanaan guna memenuhi target dan ambisi iklim mereka,” ujar Presiden ADB Masatsugu Asakawa dalam keterangan tertulis, Kamis (14/7).
Dia menambahkan bahwa dana baru ini akan dibangun di atas kemitraan Inggris-ADB yang sudah berlangsung lama melalui struktur dana bergulir inovatif yang akan memobilisasi dana publik dan swasta dan membangun jalur proyek iklim yang kokoh di kawasan Asia Tenggara.
Namun proyek hanya akan dipilih jika terbukti akan mengurangi atau menghindari emisi gas rumah kaca, melindungi keanekaragaman hayati atau membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan iklim. Jika tidak, proyek tersebut akan dilanjutkan tanpa pendanaan dari Inggris.
Negara-negara ASEAN mengalami kesulitan dengan meningkatnya biaya perubahan iklim, sehingga menambah kebutuhan investasi yang ada sebesar US$ 210 miliar atau sekitar Rp 3.148 triliun per tahun untuk infrastruktur di kawasan ASEAN dan kerentanan masyarakat dan ekonomi yang semakin buruk setelah pandemi Covid-19.
Menteri Negara Inggris untuk Kawasan Asia, Amanda Milling mengatakan bahwa sebagai mitra terpercaya untuk ASEAN, pembiayaan Inggris yang disalurkan melalui ADB ini sangat penting untuk membantu memberikan investasi baru yang ramah lingkungan, transparan dan andal.
“Menciptakan lapangan kerja dan menempatkan keahlian Inggris di pusat penanganan perubahan iklim. Ini adalah langkah lain dalam mewujudkan komitmen Inggris yang dibuat pada COP26 di Glasgow tahun lalu,” ujarnya.
Dana tersebut akan memanfaatkan sumber daya keuangan untuk ACGF, kendaraan pembiayaan ramah lingkungan regional yang dikelola ADB, yang dimiliki oleh negara-negara ASEAN dan ADB.
Sejak diluncurkan pada 2019, ACGF telah memperoleh US$ 2 miliar (sekitar Rp 30 triliun) dalam perjanjian pembiayaan bersama dan memasukkan lima proyek dalam jalur pembiayaan formalnya.
Hal ini telah membantu pengembangan jalur yang lebih panjang dari 29 proyek infrastruktur ramah lingkungan dan memberikan dukungan konsultasi yang memungkinkan negara-negara untuk memanfaatkan pasar modal melalui penerbitan obligasi hijau lebih dari US$ 5,6 miliar (sekitar Rp 84 triliun).
Dana Perwalian Inggris-ACGF akan membangun upaya ini dan mendukung negara-negara melalui pinjaman dan bantuan teknis untuk memobilisasi modal, termasuk melalui inisiatif regional seperti Blue SEA Finance Hub, yang berbasis di Indonesia.
ADB baru-baru ini meningkatkan ambisinya untuk mendanai pembiayaan iklim sejumlah US$ 100 miliar kepada anggotanya yang merupakan negara-negara berkembang dari 2019-2030. ADB berkomitmen untuk memastikan setidaknya 75% dari jumlah total operasinya akan mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim pada tahun 2030.
Sementara itu kuasa usaha Inggris untuk ASEAN Sarah Bennett mengatakan bahwa dana ini akan menciptakan lapangan kerja, mendorong lebih banyak investasi, mengurangi emisi sambil membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global dan meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim.
“Sebagai teman dekat dan Mitra Dialog untuk ASEAN, Inggris ingin mendorong pembangunan dan kemakmuran kawasan. Kontribusi ini menunjukkan kedalaman hubungan Inggris dengan ASEAN,” kata Bennet.
Senada, Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Rob Fenn mengatakan bahwa pendanaan ini merupakan demonstrasi terbaru dari komitmen Inggris untuk menanggapi seruan Indonesia dan ASEAN untuk memberikan dukungan keuangan yang diperlukan untuk mengatasi krisis iklim.
“Inggris akan terus bekerja sama erat dengan Indonesia dalam infrastruktur dan pembangunan rendah karbon dan dana seperti fasilitas ACGF memberikan peluang lebih lanjut untuk meningkatkan investasi yang diperlukan guna mencapai transisi rendah karbon dan memberi manfaat bagi jutaan orang di seluruh ASEAN,” katanya.