RI Masuk 10 Negara Paling Rentan Tapering Off AS, Ekonom Beda Analisa

ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf/rwa.
Sejumlah kendaraan melintas di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (21/5/2021).
Penulis: Abdul Azis Said
6/9/2021, 21.05 WIB

"Mereka tidak punya komoditas seperti kita. Komoditas Indonesia relatif baik dari sisi permintaan, dan harganya tinggi," kata David.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga menilai, riset Nomura tersebut belum melihat kondisi objektif Indonesia. Alasannya ada dua yakni:

1. Rasio utang pemerintah terhadap PDB 40,5%

Itu merupakan data per Juli yang dilaporkan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Kendati terus naik, nilainya di bawah rasio utang India 86,6%.

"Kalau kami melihat, yang sudah diturunkan peringkatnya itu India. Tapi justru tidak masuk dalam daftar sepuluh negara rentan. Jadi, saya cukup yakin assesment Nomura group ini tidak beralasan," kata Josua kepada Katadata.co.id.

2. Kesiapan BI merespons risiko tapering off

BI menyiapkan strategi triple intervention. Selain itu, ada kerja sama local currency settlement (LCS) yang terus diperluas guna mengurangi pengaruh dolar AS terhadap nilai tukar rupiah.

Yang terbaru, bekerja sama dengan Tiongkok. “Jadi tidak perlu lagi konversi ke dolar AS. Ini akan sangat mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS," kata Josua.

Alasan Indonesia Rentan Tapering Off

Sedangkan Nomura menyatakan tidak setuju dengan mereka yang percaya bahwa negara emerging market berada dalam posisi yang lebih tangguh dibandingkan menjelang taper tantrum 2013.

Emerging market mengembangkan sumber kerentanan baru, dengan kombinasi pertumbuhan yang sangat lemah, inflasi meningkat, dan penurunan yang mencolok dalam keuangan fiskal,” demikian isi laporan, dikutip dari Bloomberg, akhir Agustus (27/8). “Namun, tingkat kebijakan riil tetap sangat negatif di banyak negara emerging market.”

Riset tersebut mengungkapkan tiga faktor utama yang membuat negara emerging market paling rentan terhadap risiko tapering off. Ketiganya yakni:

1. Kondisi utang pemerintah membengkak seiring peningkatan belanja penanganan Covid-19

Beberapa negara seperti Brasil memiliki rasio utang di atas 90%. Indonesia juga meningkat, namun rasionya terhadap PDB masih lebih rendah yakni 40,51%.

2. Menarik investasi asing lebih sedikit ke pasar domestik akibat Covid-19

Namun tidak berarti 10 negara tersebut kurang rentan terhadap risiko kaburnya modal asing dalam jumlah besar. Diukur dari liabilitas portofolio dibandingkan dengan arus masuk portofolio kumulatif, banyak negara emerging market cenderung lebih rentan sekarang ketimbang taper tantrum 2013.

3. Risiko pelebaran defisit transaksi berjalan

Ini seiring defisit fiskal yang membesar. Nomura menyoroti beberapa negara yang berpotensi menghadapi pelebaran CAD di antaranya Kolombia, Peru, Rumania, Turki dan Afrika Selatan.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said