AS Akan Percepat Tapering Off, Rupiah Dibuka Anjlok Rp 14.430 per US$

Adi Maulana Ibrahim |Katadata
Nilai tukar rupiah dan dolar
Penulis: Abdul Azis Said
3/12/2021, 09.36 WIB

Rencana percepatan itu mendorong pasar untuk bertaruh bahwa bank sentral terbesar dunia itu juga berpeluang menaikkan suku bunga lebih cepat.

The Fed rencananya baru akan menaikkan bunga acuan pada 2023. Namun pasar memperkirakan, langkah ini dilakukan pada paruh kedua 2022 atau setelah tapering off selesai.

Ariston mengatakan, sejumlah data yang menjadi indikator The Fed memperketat kebijakan moneter menunjukkan perbaikan. Bank sentral AS menggunakan data tenaga kerja dan inflasi sebagai pertimbangan untuk memulai tapering off dan menaikkan suku bunga.

"Data ketenagakerjaan yang membaik ditambah kenaikan inflasi yang melebihi target 2%, mendukung pertimbangan percepatan pengetatan moneter di AS," kata dia.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah klaim baru asuransi pengangguran pada pekan terakhir November yakni 222 ribu. Ini naik dibandingkan pekan sebelumnya 194 ribu.

Namun, angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan awal pandemi corona.

Jumlah pengangguran yang mengajukan klaim asuransi lanjutan melanjutkan penurunan 107 ribu. Maka, tersisa 1,96 juta klaim. Ini merupakan angka terendah sepanjang pandemi, sekaligus menandakan jumlah klaim di bawah 2 juta untuk pertama kalinya sejak Maret 2020.

Selain tekanan tapering off, pelemahan nilai tukar dipengaruhi meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap lonjakan varian Covid-19 Omicron. Varian baru yang diklaim bisa menular sangat cepat ini menyebar di lebih dari 20 negara dunia.

"Pasar juga mengkhawatirkan varian covid-19 baru Omicron yang bisa menjadi pencetus gelombang pandemi baru. Kekhawatiran ini mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko seperti rupiah," kata Ariston.

Menteri Keuangan Amerika Janet Yellen baru-baru ini juga mengatakan, varian baru itu  memperburuk ketidakpastian akibat pandemiCovid-19. Ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan memperburuk inflasi.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said