Advertisement
Advertisement
Analisis | Besar-Kecil Penghasilan Menentukan Belanja Kebutuhan Pokok Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Besar-Kecil Penghasilan Menentukan Belanja Kebutuhan Pokok

Foto: Joshua Siringo-ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin juga terlihat dari jenis barang belanjaannya sehari-hari. Orang miskin menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk membeli makanan, terutama beras. Sedangkan kebutuhan pokok kalangan berpenghasilan lebih tinggi adalah nonpangan, seperti pendidikan, kebutuhan rumah, dan kesehatan.
Vika Azkiya Dihni
13 September 2022, 05.55
Button AI Summarize

Prioritas Makanan Penduduk Sejahtera Bukan Padi-padian

Pada kelompok masyarakat kuintil pertama, dari total pengeluaran untuk makanan, sebesar 20,78% dihabiskan untuk padi-padian. Perbedaan mencolok dibandingkan dengan penduduk di kuintil kelima, yang pengeluarannya hanya 7,05%. Porsinya lebih sedikit daripada produk ikan/ udang/ cumi/ kerang.

Jika mereka yang berpendapatan rendah memenuhi kebutuhan pangannya pada jenis yang relatif murah dan mengenyangkan. Sedangkan yang berpendapatan tinggi yang diprioritaskan adalah sumber protein, terutama hewani seperti ikan dan daging.

Adapun dari setiap kuintil, pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi merupakan yang terbesar. Setiap penduduk pada kuintil pertama rata-rata mengeluarkan sebanyak 24,51% dari total pengeluaran makanan. Sedangkan penduduk di kuintil kelima mencapai 37,22%.

(Baca: Beban Orang Miskin Akibat Kenaikan Harga BBM dan Inflasi)

Ketimpangan Pengeluaran Nonpangan

Terlihat pula adanya selisih yang cukup tinggi untuk pengeluaran komoditas bukan makanan antara kuintil tertinggi dan terendah. Ini terutama untuk keperluan barang tahan lama.

Pada kelompok kuintil pertama, rata-rata pengeluaran sebesar Rp4.770 per kapita sebulan, setara 2,9% dari total pengeluaran bukan makanan. Sedangkan pada kuintil kelima pengeluarannya jauh lebih besar yaitu Rp200.462 atau 11,3% dari total pengeluaran bukan makanan.

Hal ini sekaligus menunjukkan, selain karena perbedaan pendapatan, gaya hidup juga bisa mempengaruhi pola konsumsi masyarakat.

(Baca: Peluang Indonesia Terbebas dari Kemiskinan Ekstrem pada 2024)

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira